Lihat ke Halaman Asli

Dwi Permata

Nusantara Series

Bandotan, Tanaman Liar yang Bisa Jadi Obat hingga Desinfektan

Diperbarui: 19 April 2021   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto: keyslucidcentral.org)

Tumbuhan bandotan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, keberadaannya pun sangat mudah ditemui. Bandotan biasa dijumpai di pekarang rumah, tepi jalan ataupun tepian saluran-saluran air. Nama bandotan atau babadotan berasal dari bau kurang sedap yang dikeluarkan daunnya ketika sudah layu dan membusuk, menyerupai bau kambing. Selain karena aromanya, sebutan tersebut juga batang dan daunnya tertutup oleh rambut-rambut halus diseluruh permukaan. Tumbuhan yang memiliki nama latin Ageratum Conyzoides ini sangat mudah pertumbuhannya karena bunga putih yang dimilikinya mudah terbawa angin sehingga mudah tersebar.

Diketahui bandotan dapat digunakan sebagai pupuk organik dan bahan insektisida nabati. Selain itu juga dapat digunakan sebagai obat, pestisida, herbisida, dan pupuk nabati yang dapat meningkatkan hasil produksi tanaman. Kandungan kimia yang terkandung adalah saponin, flavonoid, polifenol, kumarine, eugenol 5%, HCN dan minyak astiri. Cara kerjanya adalah sebagai penolak dan menghambat perkembangan serangga. Seorang akademisi Universitas Diponegoro , Dian Wahyu berhasil mengubah tanaman bandotan menjadi antiseptik dan desinfektan Agera Mastic. Produk ini bekerja dengan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan negatif. Pada sapi perah dan kambing produk ini berfungsi sebagai antiseptik dengan cara mencelupkan puting susu selama 10 detik kedalam larutan Agera Mastic, setelah dilakukan pemerahan susu.

Selain berfungsi sebagai antiseptik dan desinfektan, tanaman bandotan juga dikenal luas sebagai obat luka. Caranya dengan menumbuk bandotan dan dicampur dengan minyak goreng atau dicampur dengan kapur lalu dioleskan pada luka. Rebusan dari daun juga bisa digunakan sebagai obat sakit dada, malaria. Akar yang ditumbuk dioleskan ke badan sebagai obat demam. Berdasarkan hasil review Salma Alaina Atisha dan Soraya Ratnawulan Mita (2018), tanaman Ageratum conyzoides memiliki manfaat sebagai penyembuhan luka karena memiliki efek farmakologis sebagai antibakteri. Efek farmakologis tersebut timbul karena Bandotan mengandung senyawa aktif seperti saponin, alkaloid, terpenoid, dan fenol sehingga dapat digunakan sebagai pengobatan dalam masyarakat sebagai pengobatan alternatif luka terbuka.

Diwilayah Kalimantan Timur, akar badotan dicampur dengan beras untuk dibuat menjadi bedak dingin. Bedak dingin biasanya digunakan untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari siang yang mengandung radiasi sinar UVA dan UVB. Dari hasil penelitian tabir surya terhadap akar bandotan menunjukan bahwa ekstrak kasar metanol dan fraksi etilasetat akar bandotan pada konsentrasi tertentu memiliki aktivitas tabir surya dengan kategori sunblock (memproteksi secara total UV spesifik), proteksi ekstra (mengabsorbsi 95% UV), suntan standard(mengabsorbsi 85% UV) dan fast tanning ( menyerap 15% UV B) untuk perlindungan terjadinya eritema dan pigmentasi oleh ultraviolet dari sinar matahari.

Begitu banyak fungsi dan manfaat bandotan untuk kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Jangan langsung buang ya setelah dibersihkan, daun, akar, batangnya bisa dimanfaatk untuk kesehatan.

Source :

Aisha, S. A. & Mita, S. R. 2018. Review : Herbal Bandotan (Ageratum conyzoides L) Sebagai Pengobatan Luka Terbuka. Farmaka. Vol 16 (3) : 116-121.
Athiyah, M., Ahmad, I., & Rijai, L. 2015. Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Akar Bandotan (Ageratum Conyzoides L.). Jurnal Sains dan Kesehatan. Vol 1 (4) : 181-187.

Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Moenandir, J. 1988. Fisiologi Hibrisida (Ilmu Gulma: Buku II). Jakarta: Rajawali Press.

https://www.satuharapan.com/read-detail/read/bandotan-gulma-bermanfaat-untuk-pestisida-dan-antiseptik, tanggal akses 19 April 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline