Lihat ke Halaman Asli

Perokok adalah Pahlawan Ekonomi Nasional

Diperbarui: 24 Agustus 2016   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Para perokok layak untuk disebut sebagai pahlawan ekonomi nasional karena keberadaan mereka membuat roda ekonomi berputar kencang. Para petani tembakau, buruh pabrik rokok hingga para pedagang merasakan manfaat kehadiran mereka. Bahkan, mereka juga telah menyuburkan industri farmasi dan layanan kesehatan. Para dokter turut mendapat durian runtuh tatkala para perokok jatuh sakit, namun mengapa mereka seolah paling anti rokok.

Kampanye anti-rokok semakin menggila akhir-akhir ini bahkan ada wacana untuk menaikkan harga rokok ke level psikologis 50.000. Jika wacana tersebut benar terealisasi, bagaimana nasib jutaan orang yang ekonominya bergantung pada industri rokok ? Sungguh sulit dibayangkan di tengah sulitnya kondisi ekonomi dan tingginya pengangguran, mereka harus kehilangan mata pencaharian. Bukan hanya industri rokok yang akan terpukul, tapi industri farmasi-medis akan turut terkena dampaknya. Menurunnya jumlah perokok akan menyebabkan banyak rumah sakit terancam tutup dan dokter kehilangan pasien. 

Rokok seolah dipersepsikan sebagai racun yang dapat mengancam jiwa dan merusak generasi bangsa. Namun, jangan lupa bahwa rokok juga memberi ketenangan jiwa bagi penikmatnya. Rokok juga telah berjasa besar dalam menekan laju pertumbuhan penduduk dengan membatasi usia hidup kalangan bawah. Bayangkan jika orang-orang miskin bisa bertahan hidup hingga 100 tahun, apakah masalah baru tidak akan muncul ? Para perokok telah tahu sedari dulu bahwa merokok merugikan kesehatan fisik dan finansial, maka sebenarnya mereka telah memilih untuk hidup lebih singkat tapi  nikmat . Mungkin dalam benak mereka buat apa panjang umur jika hidup sengsara, hanya rokoklah pelipur lara hati saat wanita cantik dan mobil ferarri tak bisa dimiliki.

Catatan : Penulis bukan perokok, tidak memiliki saham perusahaan rokok, dan tidak menganjurkan untuk merokok.

Artikel lain :

Darurat, Sistem Satu Anak Perlu Diterapkan

Guru Bukan Pahlawan

Tarif PSK Menjadi Indikator Ekonomi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline