Lihat ke Halaman Asli

Pemerkosa = Pejantan Bodoh + Miskin

Diperbarui: 10 Mei 2016   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah seorang pemerkosa adalah pejantan bodoh dan miskin ? Jika mereka pintar dan kaya, mengapa melakukan tindakan bodoh yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Memperkosa adalah tindakan yang sangat beresiko, dan tidak cukup efektif dan efisien dalam mendapatkan kepuasan seksual. Di negara yang jumlah wanita cantiknya sangat kecil dari segi persentase, mendapatkan kepuasan seksual dari wanita cantik butuh pengorbanan finansial yang teramat besar, bisa puluhan bahkan ratusan juta sekali kencan . 

Pejantan pintar itu yang bagaimana ? Seorang pejantan layak disebut pintar jika mampu berpikir dan bertindak secara efektif, terstruktur, dan sistematis, selalu mempertimbangkan segala resiko dan konsekuensi dari tindakannya. Seorang pemerkosa jelas merupakan pejantan yang tidak pintar, buruk secara intelektual dan emosional. Seorang pemerkosa  tak lebih dari generasi sampah tak bernilai tambah, produk gagal yang tak membawa manfaat. Jadi, buat apa mereka dikasihani - membinasakan mereka justru membuat masyarakat  tenteram tanpa beban. 

Siapa bertanggung jawab dengan banyaknya pemerkosaan di negara ini ?  Apakah kaum wanita yang melahirkan generasi sampah, pemerintah yang tidak kompeten, atau para ulama yang gagal memberi pencerahan kepada bangsa. Jika ingin negara ini makmur sejahtera, perbanyak generasi berkualitas dan minimalkan generasi sampah seperti pemerkosa dan koruptor. Dan satu lagi yang perlu di ingat, selalu gunakan wanita berkualitas untuk memproduksi generasi berkualitas. 

Artikel lain : 

http://www.kompasiana.com/charanata/menyoal-kualitas-wanita-indonesia_57309e6f9297732509536646

http://www.kompasiana.com/charanata/siapa-melahirkan-penjahat-dan-koruptor_572af3217293732e070d5306

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline