Lihat ke Halaman Asli

Chantika Radjah

Mahasiswa Universitas Nusa Cendana Kupang

Baiknya Tuhan

Diperbarui: 25 Juli 2020   18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Termanggu-manggu aku menanti datangnya penghiburan,

Aku lelah akan perjalanan hidup yang berdarah-darah,

Akal ku hilang seolah buntuh tak berjalan,

Mata ku merana ketika melihat pahitnya harapan,

Hatiku pilu bagai tertusuk duri,

Lengan ku gemetar ingin menampar,

Jiwa ku menjerit penuh amarah,

Tuhan, siapakah aku?

Itulah pertanyaan yang sering melintas ketika kita dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dan persoalan dalam hidup ini. Padahal kita tahu bahwa bumi adalah sesuatu yang fana, sesuatu yang hanya sementara, sesuatu yang tidak akan pernah adil, begitu pula dengan kehidupan.

Kehidupan yang sering kali membuat kita down. Entah itu datangnya dari orang lain ataupun diri kita sendiri, dan tanpa kita sadari kita cenderung menyalahkan Tuhan. 

Menyalahkan Dia karena kehidupan yang begitu rumit, menyalahkan Dia ketika kita gagal, dan menyalahkan Dia ketika kita terjatuh. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline