Lihat ke Halaman Asli

Sumire Chan

www.rumpunsemesta.wordpress.com

Anomali Kehidupan Manusia

Diperbarui: 6 Januari 2023   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Secara formal, KBBI menjelaskan tentang anomali yang berarti sebuah penyimpangan atau halnya kelainan.  Berbicara istilah "anomali" sendiri, tentu akan sangat berkaitan dengan pelajaran Fisika seperti dalam materi sifat anomali air. Sifat anomali air mengindikasikan sebuah zat yang akan mengalami pemuaian apabila suhunya dinaikan (dipanaskan), namun pada anomali air hal ini tidak terjadi, sebaliknnya air malah mengalami penyusutan.

Begitu pula yang terjadi dengan anomali perilaku kehidupan manusia, penyimpangan perilaku manusia dari yang seharusnya.  Sedikit banyak perkembangan zaman dalam berbagai bidang mengubah banyak hal. Adakalanya hal-hal yang tabu menguak ke permukaan terarah dalam sebuah kebiasaan. Keserakahan manusia seringkai menjadi sebuah efek domino keberlanjutan yang dilestarikan.  Padahal Tuhan menerangkan dalam ayat-ayatnya kehidupan dunia hanyalah sementara sebagai suatu hal yang bersifat fana.

Dalam konteks masyarakat, anomali perilaku manusia dapat dilihat dalam sosialisasi antarmasyarakat. Menurunnya level moralitas manusia di era kekinian akan bertolak belakang dengan tingkat pendidikan yang meningkat. Pendidikan yang tinggi bukan jaminan moralitas yang baik. Tak dipungkiri, kemajuan teknologi menyebabkan berkurangnya sosialisasi antarmanusia secara drastis. Manusia lebih tertarik dengan menghabiskan waktunya selama berjam-jam dengan ponsel pintarnya.

Kehidupan terasa diisi dengan berbagai kesenjangan. Mulai dari kesenjangan pendapatan, pendidikan sampai dengan perilaku. Ragam individu dengan ragam karakter bukanlah suatu hal yang mudah dalam berinteraksi. Ada rasa untuk meninggi juga merendah. Akibatnya, reprensentasi kehidupan manusia yang seharusnya berimplikasi dengan kata saling secara positif seperti saling menghormati, saling memberi, saling mendukung bergeser negatif  menjadi saling menjatuhkan, saling menuduh, sama-sama saling tidak bisa menerima. Hal ini bisa saja bermula dari keinginan yang belum tersampaikan atau belum dicapai.

Setiap orang hadir memang untuk saling melengkapi. Kebaikan mengajarkan bahwa keburukan tak patut dikerjakan. Sementara keburukan juga mengajarkan arti pembelajaran dalam setiap fase kehidupan. Bagaimapun setiap manusia diciptakan dengan berbagai alasan. Perihal menjadi antagonis dan protagonis dalam sebuah drama kehidupan adalah pilihan masing-masing dengan segala konsekuensi yang diperoleh. Akan tetapi, jika mengulas masa prasejarah kita ketahui manusia prasejarah hidup berkelompok untuk saling bekerja sama, saling memberi dan menerima. Lalu, bagaimana dengan manusia modern saat ini? Akankah tetap mempertahankan anomali perilaku tanpa rasa saling menghormati dan menghargai dengan akhir saling meniadakan satu sama lain??




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline