Pagi ini. Ada yang tak biasa. Langit seperti kurang bersahaja. Pagi-pagi buta, suara hujan telah menggema berbunyi rintik-rintik di atap rumah. Sedini mungkin Tuhan telah mengirimkan rizki-Nya.
Senin, biasanya hari untuk memulai pekerjaan dinas. Tapi tidak dengan Senin ini. Beberapa dari mereka menghadiahi Senin ini dengan sebutan long weekend.
Mulai hari Sabtu sampai dengan Senin. Lumayanlah untuk sekedar mencari udara segar diantara penatnya kesibukan. Hari bersama keluarga seakan bertambah.
Bagiku Senin ini terasa tumpah dengan perasaan campur aduk. Ada dilema ketika hari libur harus diisi dengan berangkat kerja disebabkan tempat kerja yang jauh. Anak yang belum dewasa dan keluarga yang selalu setia.
Beberapa dari mereka mungkin berkilah, "Bawa saja keluarganya ke desa!" biar bisa kumpul sama-sama. Tapi faktanya tidak semudah itu. Perlu effort yang luar biasa untuk memulai kehidupan baru. Kecuali, kita menemukan kenyaman dan tupoksi yang baru dengan suasana yang berbeda.
Lantas, jika pagi-pagi buta sudah dihiasai dengan rizki-Mu Ya Tuhan. Aku bisa apa? Selain mensyukuri daripada memaki.
Pada langit di Senin pagi, suasana memaknai bahwa apa yang kita cari selain dari apa yang telah digariskan dengan suci. Aorta seolah memacu memulai hari. Buncah. Dan, aku masih enggan berdiri.
Pada langit di Senin pagi, Tuhan terkadang aku ingin menyerah. Pasrah. Namun bukan itu arti sebuah tujuan. Semoga hati selalu diberi keikhlasan jika perihal yang terjadi adalah sebuah kebaikan.
Senin pagi, 07.52
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H