Masih ingatkah Anda jika dulu untuk mencari suatu lowongan pekerjaan, Anda perlu mengetuk pintu kantor satu demi satu dengan membawa lamaran? Atau halnya membeli koran kemudian menandainya dimana lowongan itu berada?
Masih ingatkan Anda dengan kurir pos yang laku keras mengantarkan surat demi surat? Deretan antrian telepon koin atau halnya warung telekomunikasi yang biasa kita singkat dengan sebutan telkom?
Pemandangan itu semua tak akan lagi kita saksikan sekarang. Zaman telah berubah diikuti teknologi yang modern. Manusia terus berkembang dengan penemuan dan penciptaanya. Akses segala kemudahan dapat kita temukan dimanapun asalkan kita mengetahui cara menggunakannya.
Teknologi mengambil peran yang cukup besar dalam mempengaruhi selera pasar. Beragam kemudahan yang ditawarkan dari teknologi membuat hidup terasa lebih efisien dalam memenuhi setiap aspek kehidupan. Kebutuhan akan hiburan, pendidikan hingga kebutuhan sandang dan pangan semuanya dapat dengan mudah didapatkan dari sebuah gawai. Jika dulu kita ramai-ramai menonton acara layar tancap dalam perayaan kemerdekaan kini telah hilang. Bagaiman dengan celoteh dan kegaduhan siswa dalam kelas? Akankah juga hilang?
Deklarasi merdeka belajar mulai berdengung dan hangat diperbincangkan. Terlebih setelah keadaan Covid-19, pembelajaran daring yang jarang dilaksanakan nyaris setiap hari dilakukan. Istilah meeting online, google class room yang tadinya tidak dikuasai memaksa diri untuk menguasai.
Thomas Frey, seorang peneliti senior menyampaikan prediksinya tentang beberapa pekerjaan yang akan hilang selama 20 tahun ke depan. Salah satunya adalah guru. Hal ini menimbulkan pro dan kontra, sebab beberapa sumber dan ahli juga menyebutkan, profesi guru tidak akan pernah hilang. Pasalnya guru seperti halnya dosen merupakan pekerjaan yang tidak bisa digantikan robot. Kehadiran guru tetap dibutuhkan untuk membentuk karakter dan membimbing siswa.
Ada hal yang lebih penting selain dari belajar dan mempelajari materi pembelajaran. Robot secanggih apapun tidak akan memberikan teladan dan karakter yang baik. Profesi guru membutuhkan sentuhan manusia (human touch). Karakter dibangun untuk menciptakan manusia dengan sisi positif yangn lebih banyak, baik itu sifat, sikap, perilaku budi luhur dan akhlak mulia yang menjadi pegangan kuat dan modal dasar pengembangan individu dan bangsa nantinya. Semua itu tidak akan terwujud tanpa kehadiran seorang guru di dalam kelas.
Meskipun demikian, profesi guru bisa saja benar-benar hilang saat guru memang menolak peradaban dan kemajuan teknologi. Artinya guru tetap bersifat pasif untuk mengajar tanpa aktif belajar. Seiring kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0, para guru hendaknya dapat mengikuti perkembangan agar tidak tertinggal dan terlindas zaman.
Empat kompetensi guru yakni kompetensi profesional, pedagogik, sosial dan kepribadian harus senantiasa dijaga dan dikembangan dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Bukan hanya siswa yang mengasah isi kepala untuk belajar tapi gurunya juga. Tugas guru sebagai pendidik tidak hanya untuk mengajar tetapi juga membimbing, mengarahkan, memotivasi dan mengevaluasi proses pembelajaran dengan harapan siswa menjadi produk unggul dan sukses dalam kehidupan nyata.
Para guru harus pandai menyeimbangkan diri dengan kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi tidak akan berhenti dan tak bisa ditolak. Pengajaran via daring, referensi jurnal online sudah seyogyanya kita coba dan laksanakan. Seandainya guru hanya bersifat mentransfer pengetahuan tanpa adanya pembimbingan karakter dan perilaku. Tentunya robot akan mampu melakukan hal itu dengan sisi yang lebih canggih.