Ini sebagian pandangan penulis Islam Toleran: Penulis beranggapan, Islam sebagai jalan hidup (syari’ah) tidak memiliki konsep yang jelas tentang negara. Mengapakah penulis beranggapan demikian? Karena sepanjang hidupnya, penulis telah mencari dengan sia-sia makhluk yang dinamakan Negara Islam itu. Sampai hari inipun ia belum menemukannya, jadi tidak salahlah jika disimpulkan memang Islam tidak memiliki konsep bagaimana negara harus dibuat dan dipertahankan.
Kalau kita baca antara judul dan isi dari tulisan itu tidak nyambung, tapi biarlah...saya tergelitik untuk menanggapi dengan juga apa yang saya ketahui
Saya punya keyakinan penulis adalah 100% non muslim yang tidak mengetahui nilai-nilai syariah didalam ajaran Islam...hanya membentuk opini yang sesat...dan sepertinya anda mendapatkan keuntungan dari tulisan anda ini, baik materi mauoun yang lainnya. Kalaupun tidak dibayar, tulisan anda punya tendensi kebencian terhadap Islam. Pertanyaan kecil saya ajukan buat penulis...apa dasar pembentukan sebuah negara...?(sebernarnya nilai-nilainya sudah terisrat dalam tulisan anda).
Tidak akan ada sebuah negara jika tidak berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan. Hal ini kita semua pasti menyepakatinya. Jika memang Islam tidak mengajarkan tentang konsep negara, sudah pasti Islam tidak akan pernah mengajarkan tentang kekuasaan dan kepemimpinan. Sebelum saya melanjutkan tulisan ini, ijinkan saya menyampaikan contoh rujukan berkenaan tentang kepemimpinan dalam Islam.
a. Berdasarkan firman Allah SWT:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِى اْلأَمْرِ مِنكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, rasul dan pemimpin dari kalian.”
b. Firman Allah SWT:
وَإِذَا جَآءَهُمْ أَمْرُُ مِّنَ اْلأَمْنِ أَوْ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِى اْلأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ
“Dan apabila datang berita kepadamu tentang keamanan atau ketakutan, mereka menyebarluaskannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada rasul dan ulil Amri di antara mereka tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenaran akan dapat mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri).”
Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa manusia harus memiliki seorang pemimpin yang mengatur berbagai masalah dan mengurusi kepentingan-kepentingan mereka. Ini ditunjukkan oleh isyarat Hadist.
c. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
لا يَحِلُّ لِثَلاثَةِ نَفَرٍ يَكُونُونَ بِفَلَاةٍ مِنَ الأَرْضِ إِلاَّ أَمَّرُوا عَلَيْهِمْ أَحَدَهُمْ
“Tidak halal bagi tiga orang yang berada di sejengkal tanah, kecuali mengangkat salah satu dari mereka sebagai pemimpin.”
Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda,
إِذَا خَرَجَ ثَلاثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ
“Jika ada tiga orang yang keluar dalam perjalan, hendaknya mereka mengangkat salah satu sebagai pemimpin.”
Asy-Syaukani di dalam Nailul Author (Bab wajibnya mengangkat Qodhi dan kepemimpinan dan lain-lain) –setelah menyebutkan hadits-hadits ini—berkata:
“Yang senada dengan hadits Abdullah bin ‘Amru dan Hadits Abu Sa‘id juga diriwayatkan oleh Al-Bazzar dengan isnad shahih dari hadits ‘Umar bin Khathab dengan lafadz: “Jika kalian bertiga dalam perjalanan, maka angkatlah salah seorang sebagai amir.”
Di sini terdapat dalil bagi yang mengatakan wajibnya kaum muslimin mengangkat pemimpin, wali dan penguasa.”
d. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
“Perlu diketahui bahwa memimpin urusan manusia termasuk kewajiban agama terbesar. Bahkan urusan agama dan dunia tidak akan tegak selain dengan itu. Sebab tidak akan sempurna maslahat Bani Adam kecuali dengan bersatu, karena masing-masing saling membutuhkan; ketika mereka bersatu maka harus ada pimpinannya.