Taukah anda mengenai gunung kawi? Pasti sudah banyak yang tidak asing dengan salah satu gunung di Indonesia ini. Akan tetapi sudah banyakkah yang mengetahui sejarah bahkan tempat dan kebudayaan maupun adat istiadat yang ada disana terutama di tempat pesarean? Maka dari itu, ada baiknya kita untuk mengetahui lebih dalam tentang Gunung Kawi.
Berdasarkan warga setempat, saat pertama kali kita masuk ke dalam area pesarean kita disambut dengan yang sering disebut gang soto dikarenakan dahulunya banyak pedagang yang berjualan soto digang tersebut. Akan tetapi untuk saat ini hanya tersedia 2 warung soto yang legendaris.
Disana juga ada 2 jenis wayang kulit yaitu wayang kulit ruwatan dan wayang kulit syukuran:
*Wayang kulit syukuran adalah salah satu bentuk kepercayaan warga dalam mengungkapkan rasa syukur.
*Wayang kulit ruwatan yang dipercaya bertujuan untuk membersihkan diri manusia dari kesialan.
Taukah anda bahwa Kyai Zakaria atau lebih sering disebut Eyang Jugo ini adalah penasehat spiritual dari pangeran Diponegoro. Kyai Zakaria atau Eyang Jugo beliau wafat pada (minggu legi malam senin pahing tanggal 1 selo tahun 1799 atau tahun masehinya 22 Januari 1871).
Kyai Zakaria dimakamkan di pesarean gunung kawi pada hari Kamis Kliwon malam Senin Pahing tanggal 25 Januari 1871 yang dipimpin oleh Radenmas Sujono. Maka dari itu banyak warga nusantara yang seirng mengadakan tahlil akbar pada hari senin pahing dan malam jum'at legi.
Selain itu di sana juga terdapat klenteng dewi kuanim dan tikong pesarean gunung kawi, di kawasan tersebut juga ada ciamsi dan kantor informasi. Klenteng Kuanim ada sejak 1950 yang sebelumnya bernama patkuateng, Sejarang klenteng ini dulunya berpindah pindah tempat yang dulunya berapada di masjid agung dan perhna juga berada di atas, pada tahun 2009 klenteng dewi kuanim dan tikong pernah terbakar sehingga hanya menyisahkan bangunan ciamsi. Pembanguan kembali pada tahun 2013 dan di resmikan pada tahun 2015.
Maka dari itu dapat disimpulkan bawah di pesarean gunung kawi terdapat banyak pembelajaran mulai dari rasa bersyukur dan mempererat rasa toleransi bahkan mempelajari cara melestarikan budaya dan adat istiadat, banyak orang bilang bahwa kita sebagai seorang nusantara jangan sampai lupa dengan kebudayaan kita "wong jowo ojo sampek ilang jowone".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H