Kehamilan merupakan suatu momen yang paling ditunggu dan diharapkan oleh semua perempuan yang telah menikah. Proses kehamilan diawali dengan bertemunya sel sprema dan ovum yang akan menjadi embrio, berkembang menjadi janin, dan diakhiri dengan fase melahirkan.
Masa kehamilan dapat mempengaruhi kondisi psikologis, fisiologis, dan fisik ibu hamil. Hal ini merupakan hal yang wajar sebagai bentuk adaptasi dan respon tubuh. Kehamilan tidak hanya mempengaruhi fisiologis terutama organ-organ reproduksi saja, tetapi juga sistem pencernaan, respirasi, metabolisme, kardiovaskuler, dan endokrin. Kondisi psikologis yang juga berubah dikarenakan hormon rentan menimbulkan stres.
Stres pada ibu hamil? Kok bisa?
Stres prenatal menjadi hal yang wajar dan biasa dialami pada masa kehamilan. Stres dapat mengeluarkan hormon kortisol yang memiliki efek menghambat aliran darah ke janin sehingga mengakibatkan gangguan pada perkembangan bayi. Terdapat 30 % ibu hamil di Spanyol yang berpeluang lebih rendah mengalami stres, sedangkan 64,4 % dari ibu hamil di Indonesia berpeluang menimbulkan persalinan kurang bulan atau prematur dikarenakan oleh stres berat. Stres pada ibu hamil dikaitkan dengan komplikasi terkait kehamilan, seperti berat badan lahir rendah (BBLR), persalinan prematur (PTL), hipertensi pada kehamilan (PIH), dan perkembangan neuropsikologis yang terhambat pada janin.
Dampak stress yang berdampak buruk pada kesehatan ibu hamil dan janin harus diminimalisir dengan cara stress healing. Ibu hamil mempunyai cara yang berbeda untuk mengatasi rasa stres di masa kehamilannya. Salah satu cara yang familiar dan mudah dilakukan untuk menghilangkan stress adalah senam yoga. Penerapan yoga khususnya pada ibu hamil disesuaikan dengan usia kehamilan. Terdapat latihan deep breath and movement yang merupakan sebuah proses bernapas secara mendalam yang dilakukan untuk membantu ibu hamil saat proses melahirkan.
Yoga menjadi salah satu metode non-farmakologis yang dapat meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas ibu hamil sekaligus meningkatkan kemampuan untuk menjadi lebih selaras dengan tubuhnya. Secara fisiologis, yoga mempengaruhi peningkatan produksi hormon katekolamin selama persalinan yang mengakibatkan penurunan kontraksi rahim.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan yoga selama satu jam tiga kali seminggu pada minggu ke-27 hingga ke-36, dapat mengurangi rasa sakit, pembukaan kedua dan ketiga, dan juga persalinan secara sectio. Pelaksanaan yoga selama kehamilan dapat membantu mengurangi gejala stres dan kecemasan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Dapat disimpulkan bahwa senam yoga prenatal berpengaruh baik pada janin yang dikandung karena dapat meningkatkan kondisi fisik dan psikologis dalam menghadapi persalinan dan menghilangkan stres pada ibu hamil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H