Lihat ke Halaman Asli

Cak Gepeng Nanggap Petruk (Tersandung Kuitansi Blong)

Diperbarui: 29 Desember 2016   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Mbah, Mbah, mengapa kok ndremimil dewe?” ledek Sri yang tengah menidurkan anaknya. “Iku, Le, Simbah tengah merapal mantra,” godanya lagi.

“Mantra tundung isin!” balas Cak Gepeng menanggapi banyolan dari anaknya. “Sudah sana, segera bawa masuk anakmu. Tidak baik anak kecil di luar malam-malam.”

“Aku macih cumuk, Mbah. Nanti kalau sudah medem aku pindah ke dalam,” balas Sri menirukan suara anak-anak yang masih cadel. Sedang di gendongannya Alfareza masih belum terpejam. Sepertinya dia heran dengan apa yang sedang dikerjakan Cak Gepeng malam-malam begini di teras sendirian. “Apa yang dikerjakan Simbah? Mengapa dia duduk-duduk di luar sendirian?” pikirnya barangkali.

Sore tadi sepulang kerja Cahyo mengajaknya mampir ke warung kopi langganan mereka. Cak Gepeng tidak menolak meski mengatakan ‘mblokek kopi’. Lagipula siapa tahu ada hal penting yang hendak dibicarakan Cahyo yang tidak dapat dibahas di tempat kerja karena ada kawan-kawan yang lain.

Tapi ternyata tidak ada apa-apa. Usut punya usut, Cahyo tengah bertengkar dengan istrinya. Karena itu dia malas pulang dan menghabiskan waktunya di warung kopi.

“Oalah, Le, Le! Tinggal bersama dalam satu atap kenapa pakai acara nggondok-nggondokan. Kowe nggondok lalu malas pulang. Terus kalau istrimu nggondok apa juga malas pulang?”

“Ngobrol yang lain saja, Mbah. Stress saya. Coba dengar cerita saya. Kemaren Rudi katanya dapat borongan proyek pemerintah. Menggelar sebuah pameran di tengah kota. Aku diajak, mau diberi pekerjaan dekorasi.

“Rejeki, batinku. Tapi jika aku ingat-ingat, aku merasa was-was mendapat pekerjaan seperti itu. Aku khawatir tersandung ketika mengerjakan proyek-proyek seperti itu, tersandung kwitansi blong.”

Blong bagaimana? Blong seperti rem?”

“Kira-kira seperti itu, Mbah. Aku mau mengerjakan, syaratnya cuma sebagai pelaksana. Kalau menyangkut soal pembayaran dan sebagainya aku tidak mau. Apalagi jika nanti diminta setor kuitansi. Tambah lagi kuitansi yang disetorkan blong. Tapi dia memaksa aku menyerahkan kuitansi jika menerima pekerjaan itu. Sebab aku dijadikan sebagai vendor dalam proyek itu.”

Cak Gepeng mendengarkan Cahyo berbicara tentang Rudi dan proyek penyelenggaraan pameran yang didapat oleh Rudi. Boleh dikatakan yang bernama Rudi orangnya tergolong multi talenta. Proyek-proyek mulai dari pengerjaan taman, dekorasi panggung, event organizer, sampai pekerjaan pembangunan gedung pun dia kerjakan. Kadang dia mengerjakan proyek dengan menggunakan bendera temannya. Kadang temannya mengerjakan proyek dengan meminjam benderanya. Kadang dia ikut tender dengan menggunakan bendera rekanannya. Juga sebaliknya. Pendeknya, si Rudi ini terbilang ulet di bidangnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline