Lihat ke Halaman Asli

Berkesadaran

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Baru-baru ini, rekan-rekan sedharma saya mendiskusikan tentang bagaimana dharma mempengaruhi hidup seorang individu secara nyata dalam kehidupan sehari-harinya. Karena banyak pendapat yang didengar, bahwa beragama buddha tidak membawa seseorang menjadi lebih baik, atau menjadi individu yang lebih baik.

Ada banyak pendapat yang muncul dalam kepala saya, namun saat itu saya memilih untuk tidak ikut nimbrung dalam diskusi melalui media BBM tersebut, supaya tidak menambah ruwet karena yang disampaikan oleh senior-senior saya sudah cukup berat untuk dicerna.

Okay, untuk yang pertama ini saya mau bagi pendapat saya pribadi sebagai seorang Buddhis, kira-kira manfaat apa yang sudah saya peroleh. Saya ambil tema “Berkesadaran” karena ini adalah pondasi utama sebagai seorang Buddhis, dan sekaligus sangat bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari.

Agama Buddha, tujuan umatnya adalah mencapai penerangan sempurna, kesadaran tertinggi, pengetahuan tertinggi. Ini sesuai dengan arti harfiah dari kata “Buddha”.

Istilah tingkat kesadaran agama Buddha kita sebut sebagai Sotapani, Sakadagami, Anagami dan Arahat. Dalam proses pembabaran Dharma-nya, kita umat Buddha memahaminya sebagai sesuatu yang terlalu jauh dari duniawi sehingga banyak yang skeptis atau bahkan pesimis sehingga enggan menempuh usaha untuk mencapai atau setidaknya meningkatkan kesadarannya sedikit demi sedikit, contoh anggapan-anggapan yang menurut saya keliru :

pertama adalah, bahwa kesadaran tersebut hanya bisa dicapai oleh para pengikut Buddha Gautama pada zamannya, untuk zaman sekarang hampir tidak mungkin untuk mencapai tingkat kesadaran sotapani pun.

kedua bahwa kesadaran tersebut hanya mungkin dicapai oleh pada Bikkhu/Bikkhuni yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari Dhamma.

Ketiga, mencapai kesadaran yang lebih tinggi akan membuat orang tersebut memiliki ilmu pamungkas, seperti terbang, memancarkan cahaya pada tubuhnya dll sebagainya. (mungkin lebih tepat memiliki aura yang lebih cerah).

Dan ada banyak anggapan lainnya lagi, sehingga saat kita sedang membicarakannya seperti membicarakan sesuatu yang tidak ‘mendarat’, dan akhirnya muncul lagi pendapat Agama Buddha tidak membawa manfaat bagi umatnya, sangat sulit dan hampir tidak mungkin bisa menerapkannya.

Apa sih arti kesadaran itu sebenarnya? Bagaimana itu meningkatkan kesadaran? Bagaimana kita membedakan kesadaran itu? Untuk lebih mendarat, pertanyaan ini perlu ada jawabannya dahulu. Untuk itu, Bagaimana kalau kita mendiskusikan tingkat kesadaran manusia biasa saja?

Sotapani, Sakadagami, Anagami dan Arahat adalah tingkat kesadaran surgawi, sebelum kita sampai ke kesadaran tersebut, kita ada pada kesadaran standar manusia sendiri. Nah dari sini kita lepaskan dahulu istilah agama Buddha dan masuk ke istilah umum. Saya coba mendefinisikan sendiri tingkat kesadaran kita sebagai manusia, jadi tolong dicatat yah, ini adalah pendapat saya pribadi yang saya rangkum dari pengalaman hidup, bukan ajaran agama Buddha secara spesifik.

Saya mulai dari yang terendah dahulu, kesadaran yang paling rendah yang bisa dirasakan oleh manusia adalah kesadaran saat antara tidur dan tidak, dimana kita hanya bisa merasakan sangat sedikit hal yang berkaitan dengan raga kita dan lingkungan disekitar kita. Lebih rendah dari ini kita sudah tidak sadar, tertidur, pingsan atau meninggal.

Kesadaran yang lebih tinggi sedikit adalah Melamun, saat ini kita bisa melihat lingkungan kita, kita bisa mengatur posisi tubuh kita namun pikiran kita kosong atau kita tidak menghiraukan apapun yang terjadi pada lingkungan dan tubuh kita.

Kesadaran yang lebih tinggi dari melamun saya sebut otomatisasi (ini istilah saya sendiri lagi), dimana kita tidak fokus pada aktifitas kita saat ini dan segera kita lupakan, contoh seperti saat kita meletakan kunci motor/mobil kita, kemudian sesaat kemudian saat kita butuh, kita lupa dimana kita letakan. Bagi yang sering mengeluh menjadi seorang pelupa kemungkinan besar beraktifitas pada kondisi kesadaran otomatisasi ini.

Kesadaran selanjutnya adalah kesadaran penuh sebagai seorang manusia utuh, dimana kita beraktifitas dengan penuh konsentrasi, penuh perhatian dan dalam setiap aksi kita selalu melalui perhitungan matang dan alasan yang masuk akal. Orang yang successful adalah orang yang sangat sering beraktifitas pada kesadaran ini. Dengan kesadaran ini, kita akan sangat mudah belajar hal baru dan memahaminya.

Kesadaran yang lebih tinggi lagi? Inilah kesadaran yang lebih baik dari kesadaran manusia, disini kita mampu memahami hal-hal yang diluar kemampuan nalar manusia biasa, MUNGKIN, disinilah baru kita sebut kesadaran Surgawi. (saya tidak berkompeten untuk menjelaskan lebih lanjut).

Jadi kesadaran adalah sesuatu yang kita alami setiap saat, jika ada kejadian yang biasa saja (bukan yang sangat menggembirakan atau yang sangat menyedihkan atau bukan milestone dalam kehidupan anda) tapi sangat anda ingat dan sampai sekarang masih terang, maka masa itu anda sedang dalam kesadaran yang tinggi.

Jika anda selalu melupakan sesuatu dan hanya teringat pada saat anda butuhkan, misalnya baru tahu anda lupa bawa handuk, setelah selesai mandi, atau setelah sampai ke meja kerja kita baru ingat lupa membawa laptop, maka anda dipastikan sedang beraktifitas dengan kesadaran otomatisasi.

Kita kembali Dharma, untuk memahami kitab suci Tripitaka, kita perlu set diri kita pada kesadaran minimal sebagai seorang manusia utuh, secara bertahap setiap pemahaman tambahan kita dari tripitaka, akan semakin tinggi pula tingkat kesadaran kita. Inilah sebabnya, kitab suci agama Buddha tidak perlu ada aktifitas menelaah dan mengartikan lebih lanjut (penafsiran), karena setiap untaian kalimat dalam kita suci, diucapkan oleh Sang Tercerahkan dengan tingkat kesadaran tertinggi, dan jika dibaca dengan kesadaran yang memadai, maka kita pasti akan memahaminya pula, bahkan akan ikut meningkatkan kesadaran.

Dengan demikian, sangatlah mungkin bagi siapapun saat ini untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi, saya juga yakin bahwa ada banyak yang mampu menerobos ke Sotapani dan kemudian terus meningkatkan kesadarannya seiring dengan tumimbal lahir yang dialami. Tapi yang jelas tidak ada yang instan disini, meningkatkan kesadaran adalah sebuah proses seperti yang dilalui oleh Buddha Gautama.

Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita ingin menjadi seorang pembelajar dan mampu memahami segala hal dengan sebaik-baiknya, sukses dalam hal yang kita kerjakan, maka kita perlu bertahan pada tingkat kesadaran sebagai manusia utuh.

Dengan memahami hal tersebut diatas, setidaknya kita sudah tahu bagaimana caranya kita meningkatkan taraf hidup kita baik duniawi maupun spiritual secara pararel. Bagi saya pribadi inilah manfaat tertinggi dan jalan paling terang yang dibabarkan oleh Sang Buddha kepada umat manusia : ”Meningkatkan Kesadaran”.

Ada satu hal lagi, bahwa kesadaran ini bukan milik agama Buddha, semua makhluk hidup punya tingkat kesadaran masing-masing, dan setiap manusia pun demikian dengan kesempatan yang persis sama tanpa melihat label agamanya.

Saya rasa ini yang ingin saya share dahulu, saya terbuka untuk setiap diskusi, agar dapat membuka wawasan saya jika ada yang keliru, termasuk jika ada yang berpendapat saya sesat pikir, dan sekaligus memperkaya isi agar bermanfaat bagi semua, Terima kasih.

Semoga Semua Makhluk Berbahagia.

Chandra Kosasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline