Sebagai seorang mahasiswa, tentunya individu itu akan dibekali oleh kemampuan untuk mengkomunikasikan beragam informasi yang bisa berupa visual melalui foto, audio melalui musik atau podcast, dan juga bisa berupa audiovisual berupa video pembelajaran yang menarik. Mahasiswa yang telah dibekali kemampuan yang mereka pelajari di instansi terkait dapat terus disalurkan ke khalayak umum seperti halnya lingkungan sekolah. Mahasiswa akan mengikuti berbagai kebijakan untuk menyokong kemampuan akademik nya melalui kebijakan kurikulum merdeka yang telah diterapkan oleh menteri pendidikan sebelumnya. Salah satunya adalah program Asistensi Mengajar (AM) yang diselenggarakan berkaitan dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Program asistensi mengajar merupakan sebuah inisiatif yang diadakan untuk mengatasi tantangan dalam bidang pendidikan dan sekaligus memberikan kesempatan berharga bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman praktis sebagai pengajar yang sesuai dengan standar profesi kependidikan. Kolaborasi antara mahasiswa dan dosen pembimbing pada program ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang sinergis dan efektif di institusi pendidikan formal. Proses pengajaran yang dilakukan selama satu semester memungkinkan mahasiswa untuk terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, mendapatkan umpan balik langsung, serta mengalami dinamika dunia pendidikan yang sesungguhnya.
Penulis diberikan kesempatan oleh Universitas Negeri Malang untuk melaksanakan program asistensi mengajar di SMK Negeri 10 Malang dengan rentang waktu pelaksanaan program ini mulai dari 26 Agustus 2024 hingga 6 Desember 2024. Hal ini untuk memungkinkan mahasiswa memenuhi kewajiban perkuliahan secara praktis, memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi mitra sekolah, dan mempersiapkan diri sebagai calon pendidik yang profesional sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah mahasiswa dihadapkan pada sistem sekolah yang unik dan jarang ditemukan di luar SMKN 10 Malang yaitu pemanfaatan sistem blok yang dikombinasikan dengan penerapan moving class. Sistem blok sendiri dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menggunakan satuan blok untuk menjadi jadwal reguler dari beragam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebut. Sistem blok akan menjadikan waktu pelajaran sedikit lebih panjang tergantung dari blok waktu yang telah ditentukan. Sistem blok sendiri umumnya digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran karena sistem blok dapat memberikan waktu yang lebih panjang sehingga dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengerjakan proyek terkait jurusan, mendalami materi secara gamblang dan terfokus.
Moving class merupakan metode untuk memanfaatkan sarana prasarana yang tersedia di sekolah secara praktis, efektif, dan efisien. Moving class akan menjadikan prasarana ruangan kelas menjadi bermanfaat karena dapat digunakan secara bergantian oleh kelas jurusan lainnya. Jadi setiap ruangan kelas yang tersedia di SMKN 10 Malang dapat digunakan secara bersamaan sehingga efisien waktu dan minim pemborosan waktu. Penerapan moving class sebenarnya digunakan oleh sekolah dengan fasilitas terbatas sehingga setiap sarana prasarana tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin demi berjalannya proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Sistem blok yang dipadukan dengan Moving class ternyata cukup berjalan efektif di SMKN 10 Malang, sistem blok yang menjadikan jadwal mata pelajaran terbagi dalam blok-blok waktu yang telah disediakan setiap minggunya yang akhirnya mempengaruhi perkembangan peserta didik terutama terkait materi produktif sesuai kejuruan masing-masing. Kemudian moving class menjadikan semua prasarana kelas pembelajaran akan terpakai secara berkala sehingga meminimalisir terbuangnya waktu akibat ruangan kelas pembelajaran yang tidak terpakai. Namun memang beberapa kelebihan tentunya dibarengi oleh kekurangan seperti ketika moving class yang menjadikan peserta didik harus berpindah tempat berkala antara mata pelajaran satu dengan lainnya akan memakan sedikit waktu apabila ruangan kelas dua mata pelajaran tersebut berada dalam jarak yang cukup jauh mengingat siswa harus berjalan kaki terlebih dahulu, dikawatirkan juga terdapat beberapa siswa yang tidak langsung menuju ruangan pembelajaran selanjutnya, namun malah melipir ke bagian sekolah lainnya. Selain itu juga kekurangan lainnya adalah ketika peserta didik melakukan pergantian ruang pembelajaran sehingga tidak jarang peserta didik yang memiliki kesadaran akan buang sampah pada tempatnya yang kurang menyebabkan kadangkala ada sampah yang ditinggalkan di lingkungan kelas pembelajaran karena mereka akan meninggalkan ruangan tersebut untuk menuju ruangan lain, sehingga perlu digalakkan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H