Lihat ke Halaman Asli

Sungai sungai di kota besar

Diperbarui: 22 Desember 2024   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Bagaimana mungkin sungai2 yg melintas di kota besar tdk akan dikelola oleh pemerintah kota? Karena sungai2 tsb akan mempengaruhi hidup dan kehidupan di kota itu sendiri. Misalnya di kota Samarinda Kalimantan Timur yg di belah oleh sungai besar Mahakam dan sungai Karang Mumus yg tentu telah membawa manfaatnya sendiri2. Namun keberadaan sungai Karang Mumus ternyata selain membawa manfaat tetapi juga banyak masalah disana sini, khususnya bagi mereka yg membangun dan tinggal di bantaran sungai tersebut.  Proyek kali bersih yg pernah dieksekusi oleh pemerintah daerah bekerjasama dgn pemerintah jerman (TAD) memberi kita petunjuk bhw pengelolaan sungai tersebut hrs terus dilakukan dalam jangka panjang dan tdk bersifat kambuhan spt sekarang ini.  Sekarang ini pemerintah daerah sdh menggelontorkan sebuah kepedulian yg sdh ditunggu tunggu masyarakat, yaitu atas inisiasi masyarakat kampus (unmul) dan masyarakat Samarinda scr umum melalui wadah layanan informasi lingkungan hidup (wli LH) utk menata daerah bantaran/sempadan sungai Karang Mumus yg selama ini mungkin terbiarkan krn terlanjur utk dikelola dgn lebih baik, semoga kegiatan ini bisa berlanjut dalam waktu yg panjang (lintas generasi) dan lintas sektoral, terutama utk membangkitkan dan memelihara kesadaran masyarakat bhw sungai bukanlah tempat sampah atau tempat pembuangan apa saja seperti selama ini.  Kesadaran ttg keperluan sungai yg bersih di lingkungan kota inilah yg msh sangat terasa kurang, walaupun sdh dilakukan sosialisasi berkali kali, bahkan sampai bosan  Kebersihan air sungai Karang Mumus hrs menjadi target karena buat apa masyarakat duduk2 di cafe pinggir sungai itu bila airnya membawa sampah dan dikembalikan oleh pasang air laut kembali?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline