Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Dampak Nusantara dari Perkembangan Ibu Kota di Kalimantan Timur terhadap Biodiversity?

Diperbarui: 15 Agustus 2024   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash


IKN sudah mulai dibangun dan bahkan akan segera dipakai utk merayakan hr kemerdekaan Indonesia pd 17 Agustus 2024 ini. Tidak terbayangkan betapa gembiranya masyarakat kaltim seperti mendapat durian runtuh saja.  Dgn pindahnya ibukota walabagaimanapun tentu akan berdampak pd kemajuan secara ekonomi pd masyarakat luas di Kalimantan Timur scr khusus dan juga bagi regional Kalimantan dan Indonesia scr umum.

  Kemakmuran disimbolkan dgn akan dibangunnya gedung2 pencakar langit, istana presiden dan gedung2 pusat pemerintahan lainnya.  Belum lg gedung2 swasta, hotel dan tempat hiburan tentu scr bertahap akan bermunculan disana sini. Jalan2 layang dan terbukanya akses yg selama ini tertutup akan menambah semarak perkembangan ibukota baru IKN.  Celakanya kegembiraan tsb menghilangkan semua kekurangan, kebohongan dan perilaku kecurangan dr pemerintah yg sedang berkuasa sekarang ini?  Tapi itu tentu membawa masalah besar bagi sebagian masyarakat Indonesia di luar pulau Kalimantan, di Kalimantan sendiri  khususnya di kaltim tdk terlalu terasa/besar krn banyak yg mau bersuara tp coba menahan diri dgn berbagai alasan. Walhasil tdk ada banyak tanggapan ttg pembangunan ibukota tersebut.


Tulisan ini pun hanya menyampaikan ttg bagaimana respon dr para penghuni hutan dr mulai Orangutan sampai jenis2 satwaliar lainnya yg sebenarnya mmg sangat sedikit mendapat perhatian.  Perhatian utk masyarakat pribumi saja terasa sangat sedikit diberikan, sebagian besar mrk akan terusir suka atau tdk suka, senang dan tdk senang, anda boleh percaya boleh tidak karena mmg begitulah yg terjadi dimanapun.  Ganti untung adalah istilah yg sdh lama dipakai untuk mengganti kata ganti rugi yg konotasinya mmg merugikan. Padahal ganti untung hanya memberikan kepuasan sesaat yg mmg sangat subyektif dan relatif.  Kembali kpd permasalahan maka dampaknya terhadap satwaliar atau biodiversity akan sangat terasa pertama kali pd kehilangan individu satwaliar ataupun individu pohon/vegetasi yg ada. 

 Dampak berikutnya adalah kehilangan jenis sbg akibat kecepatan tumbuh jenis tersebut kalah cepat dgn kecepatan hilangnya individu dr jenis tersebut.  Jenis yg cepat hilang adalah jenis dgn populasi lebih kecil drpd populasi yg lebih besar. Atau juga jenis yg spesialis dlm makanan atau habitatnya akan duluan punah drpd yg generalis.  Atau misalnya utk kayu ulin yg sekarang saja sdh langka apalagi saat pertumbuhan penduduk akibat perkembangan IKN sudah mencapai puncaknya. Bayangkan suasana/kondisi kehati di pulau Jawa sebelum penduduknya berkembang spt sekarang? Badak, elang, harimau ataupun Owa Jawa sdh sering dibicarakan kelangkaannya. Jenis lain tdk dibicarakan, bukan krn msh banyak tp lebih karena mmg tdk menarik dibicarakan.  Sudah tdk menarik hampir punah pula.


Semakin sdkt Orangutan maka semakin sexy utk dibicarakan, begitu juga bbrp species yg lain spt banteng, badak dan kucing hutan.  Maka apa yg dpt kita lakukan utk mencegah kepunahan? Jawabannya pastilah Captive breeding atau penangkaran.  Spt pd buaya dan payau upaya penangkarannya sdh sejak lama dieksekusi oleh beberapa pihak. Bila tdk ada perbanyakkan individu baik satwaliar ataupun vegetasi, maka kita akan tdk siap dgn kepunahan. (Smd, 14/08/24).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline