Lihat ke Halaman Asli

Menggugat Analisa Dangkal Tempo

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Majalah Tempo lansiran 5-11 Maret 2012 yang mengupas habis kasus rekening gendut "DW" patut dipertanyakan.  Karena, tidak seperti biasanya, Tempo melakukan analisa yang sangat dangkal dan terkesan terburu buru dalam membuat kesimpulan.  Saya mencatat setidaknya ada dua kesalahan fatal yang dilakukan tempo.

Pertama, secara yakin Tempo mengkaitkan kasus "DW" dengan Gayus Tambunan,  "DA", "HI", "AH" bahkan "RS", istrinya ""AH".  Tempo mengungkapkan "DW" dan "HI" bersekongkol untuk menjaring Wajib Pajak bermasalah, mengajukan keberatan atau banding, untuk selanjutnya di tangani oleh "DA" - istri "DW" dan Gayus Tambunan (teman sekantor "DA").  Sedangkan, "AH" dikaitkan dengan istrinya yang juga satu kantor dengan "DA" dan Gayus Tambunan.

 Saya secara pribadi tidak percaya konspirasi tersebut exist.  Setidaknya dari pengetahuan dan pengalaman saya sebagai praktisi perpajakan.  "DW" adalah seorang account representative (AR), sebuah jabatan pelaksana yang otoritasnya kecil sekali.  Gayus dan "DA" adalah penelaah keberatan, yang juga memiliki kewenangan terbatas.  Ketika konspirasi ini mampu memainkan perannya seperti rekaan Tempo, maka mereka harus melewati beberapa kewenangan lain.  Tampaknya hal tersebut mustahil.

Para "AR" melayani dan mengawasi sejumlah Wajib Pajak yang menjadi tanggungjawabnya.  Data tersebut terekam dengan baik di sistem aplikasi perpajakan.  Pun, dengan para Penelaah Keberatan, mereka ditugaskan sebagai wakil Ditjen Pajak ketika di Pengadilan Pajak.  Semuanya juga terekam dengan baik.  Pertanyaanya selanjutnya adalah : apakah ada Wajib Pajak yang pernah ditangani "DW" kemudian menjadi Wajib Pajak yang ditangani Gayus atau "DA"  dalam proses keberatan atau banding?

Tempo seharusnya mencari tahu terlebih dahulu  daftar Wajib Pajak tersebut sebelum membuat keseimpulan.  Atau, mungkin Tempo sudah memiliki datanya sehingga yakin akan kesimpulan konspirasi?

Kedua, secara implisit Tempo membunuh karakter Ditjen Pajak.  Dengan judul cover "Orang Pajak Taat Palak", Tempo berani mengatakan bahwa semua orang pajak berkelakuan sama dengan Gayus atau "DW" (apabila terbukti nantinya).  Apakah kasus segelintir oknum pegawai pajak mampu membuat Tempo berfikiran demikian?. 

Punggawa Tempo harusnya juga sadar bahwa dalam satu kumpulan orang atau komunitas, pasti ada bagian kecil  yang tergoda untuk tidak berbuat baik.  apalagi, kesempatan tersebut cukup besar.  Demikian sebaliknya, pasti ada juga yang memiliki integritas tinggi.   Harusnya, Tempo melaknat oknum yang berbuat jahat namun memberikan pujian bagi pegawai yang menjaga integritasnya. 

Tetapi, saya pribadi juga sadar, di Negara berdemokrasi ini, hak untuk menyatakan pendapat tentunya patut  diapresiasi asalkan dapat dipertanggungjawabkan.

Tempo terkenal dengan analisa dan data yang dapat dipertanggungjawabkan.  Saya pribadi, menyayangkan apabila Tempo, untuk kasus ini, tidak mampu menujukkan data yang kuat.  Kesimpulan dengan data yang tidak dapat dipertanggungjawabkan ibarat pemerkosaan terhadap pemikiran dan opini. 

Saya harap Tempo jangan tergadai oleh publisitas trend media murahan.  Ajing mumpung, ketika berita hangat ini menjadi terbakar dan tidak mau ketinggalan berpartisipasi didalamnya.  Kalau begitu, media apa lagi yang harus rakyat percaya?

Saya fikir, Tempo tidak demikian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline