Lihat ke Halaman Asli

Leader, Manajer atau Direktur

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12923844411439099652

Hari ini, saya merasakan langsung berhadapan dengan berbagai tipe karakter. Saya bekerja di organisasi besar, milik Pemerintah.  Kebetulan dipercaya menjabat sebagai seorang Kepala Seksi, middle manager, mungkin. Ada satu proyek yang menjadi tanggungjawab saya.  Berbagai rapat, koordinasi, dan pelelangan telah digelar sebelumnya untuk memilih rekanan pelaksana proyek ini.  Saya terlibat detail satu persatu. Saya pernah melahap berbagai teori leadership, melalui training atau baca buku sendiri.  Saya juga pernah membaca secara tuntas Buku Biru milik Dino Patti Djalal tentang Seni Memimpin SBY.  Semuanya melekat pada diri saya, dan berusaha semakismal mungkin saya terapkan. Kemaren teapatnya, proyek berlangsung di kantor saja.  As of manager, saya menugakan staf saya untuk memonitor dan melaporkan segala perkembangan pekerjaan.  Saya juga ikut nongkrongin pelaksanaan pekerjaan tersebut seharian.  Karena pekerjaan ini kemungkinan selesaiu larut malam, maka saya mendelegasikan agar staf saya ini ikut mendampingi, sampai selesai.  Saya pikir, saya harus percaya dan memberikan delegasi kepada dia.  Agar dia merasa bertanggungjawab dan merasa dihargai tentunya.  One of leaderships skills : Delegating! Tetapi, di Organisasi saya yang terpandang ini, semuanya tidak dinilai dari tingkat efisiensi, efektifitas atau delegasi.  Seorang Direktur, yang tentunya tahu persis skills kepemimpinan tidak serta merta memahaminya.  Dia hanya menuntut kehadiran secara fisik seseorang, walaupun belum jelas harus mengerjakan apa!.  Demikian juga rekan kerja, yang nota bene seorang manajer pula, berpikiran idem tito dengan sang Direktur.  Entah dengan maksud mencari muka kepada Sang Direktur maka rela hadir tanpa tujuan jelas.  Hanya hadir dan ngobrol tidak karuan sampai larut malam!. Memang menjadi seorang pemimpin atau leader tidaklah mudah.  Keahlian leadership dan coaching sebagai syarat seorang pemimpin tidaklah diterapkan, walaupun pasti diketahui teorinya.  Apalagi ketika jabatan sudah menjadi dewa, maka pattern majikan-karyawan masih mendominasi. Andainya para Direktur atau Manajer itu seorang Leader, maka semuanya pasti bahagia.  Coaching selalu diberikan kepada bawahan, cara menegur, cara menyapa bahkan cara berkomunikasi pastilah membahagiakan. Tapi, saya sadar, tidak semua Direktur atau Manajer itu seorang Leader.  Namin pastilah seorang Leader tersebut mampu menjadi Direktur atau Manajer.  Saya yakin itu. Mudah mudahan saya mampu menjadi seorang Leader!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline