Lihat ke Halaman Asli

Duka Sang Malaikat Tak Bersayap

Diperbarui: 25 Juni 2021   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Duka Sang Malaikat Tak Bersayap

Dalam kehidupan, keberadaan seorang anak dipandang sebagai sesuatu yang sangat berharga. Setelah anak dilahirkan, pastinya wanita akan menjalankan perannya sebagai Ibu ataupun pengasuh anaknya. Walaupun sekarang ini banyak sekali seorang ayah yang juga menjadi pengasuh anak, Ibu tetap memegang peranan lebih besar dalam mengasuh anak. Dalam keadaan sehat maupun sakit, Ibu akan tetap selalu menjaga anaknya dan tidak akan pernah meninggalkan anaknya. Tetapi terkadang kita tidak tahu apa yang Tuhan rencanakan dalam hidup ini. Seperti sakit penyakit yang datang secara tiba-tiba pada tubuh sang anak ditengah pertumbuhan yang sedang dilaluinya. Hal ini membuat sang Ibu tertekan dan patah hati yang cukup besar karena Ibu tidak bisa melihat canda tawa anaknya lagi dalam keadaan sehat seperti sebelumnya. Sehingga akan banyak duka yang dirasakan oleh sang Ibu.

Penyakit katastropik adalah peristiwa kesehatan utama yang terjadi selama periode waktu tertentu seperti serangan jantung, stroke atau kanker. Dari berbagai macam penyakit katastropik yang paling sering menyerang adalah kanker. Tentunya, penyakit katastropik ini bisa menyerang anak di waktu kapanpun dan dapat mengancam jiwa sang anak jika disertai dengan komplikasi lainnya. Jika anak sudah di diagnosa terkena penyakit katastropik, yang menjadi dampak terbesarnya adalah seorang Ibu dari anak tersebut karena Ibu memiliki peranan yang cukup besar dalam hidup anaknya.

Menghadapi anak yang divonis penyakit katastropik, bukanlah hal yang mudah bagi seorang Ibu. Ibu mana yang tidak hancur hatinya saat mengetahui bahwa anak yang dikasihinya mengidap penyakit yang mematikan. Pastinya tidak terbayangkan dalam benak Ibu bahwa penyakit yang mematikan itu akan menggerogoti tubuh anaknya yang mungil, lucu dan menggemaskan. Rasanya seperti ada petir yang menyambar di tubuh Ibu.

Anak yang mengidap penyakit katastropik akan memberikan duka yang besar untuk Ibu. Sang Ibu dari anak yang mengalami penyakit katastropik tentunya akan kehilangan segala sesuatu dari berbagai aspek kehidupannya, baik kesehatan fisik maupun kesehatan psikologis. Ibu dalam mendampingi anaknya semasa sakit, akan kehilangan kesehatan fisiknya. Hal ini disebabkan karena sang Ibu merasa kelelahan dan sering kali sulit tidur karena khawatir dengan keadaan anaknya. Sehingga membuat dirinya terkadang menjadi sakit juga bahkan tidak bugar seperti sebelumnya dan kurang bersemangat dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari. Selain itu, Ibu juga akan kehilangan kesehatannya dari segi psikologis karena sering kali Ibu merasa stress memikirkan kesembuhan anaknya dan memikirkan biaya pengobatan untuk anaknya ditambah tidak adanya jaminan kesehatan yang memadai.

Dalam tulisan ini dengan judul Duka Malaikat Tak Bersayap saya akan mencoba untuk menguraikan hal apa saja yang membuat seorang Ibu berduka saat anaknya mengalami penyakit katastropik. Hal pertama yang membuat seorang Ibu berduka adalah karena sang Ibu kehilangan sosok anaknya yang sehat, ceria dan cerdas. Pastinya akan terasa berbeda dalam hati sang Ibu ketika melihat anaknya harus berbaring terus menerus di tempat tidur. Berbeda dari yang sebelumnya, mungkin anaknya sering kali bermain bersama teman-temannya, membuat rumah menjadi ramai karena tingkah lucunya dan ada hal penasaran anak yang selalu ditanyakan kepada sang Ibu seperti " Ibu, mengapa namaku Sela? Mengapa tidak Aurora Ibu? Yang seperti di film disney land " atau " Ibu, apakah aku boleh bermain karet seperti kakak? " . Ketika hal ini tidak lagi didengar oleh telinga Ibu, rasanya pasti sangat menyakitkan.

Lalu, pastinya sang Ibu akan berduka karena kehilangan hidup keluarga yang normal. Saat anak terbaring sakit, kehidupan keluarga menjadi tidak normal. Hal ini disebabkan karena keluarga akan fokus terhadap penyakit sang anak dan tidak akan seperti sebelumnya lagi yang mungkin setiap sabtu-minggu akan jalan-jalan kekebun binatang bersama sang ayah. Selanjutnya, sang Ibu juga akan berduka karena kehilangan kemampuan untuk melindungi anak dari penyakit, penderitaan, dan kematian. Selain itu, harapan dan mimpi Ibu akan masa depan anak akan hilang dan akan berpikir " apakah anak saya akan tetap bisa menjadi pilot seperti yang saya inginkan? " atauuu.. " apakah anak saya bisa kembali sekolah normal lagi seperti sebelumnya? ". Dengan melihat anak yang sedang mengalami sakit penyakit, membuat harapan sang Ibu menjadi sirnah.

Dan terakhir pastinya Ibu juga akan berduka karena kehilangan anak yang sangat dikasihi. Sebelum anak sakit, pastinya Ibu selalu mendampingi anaknya seperti ibadah ke gereja, lalu mengajak anaknya bermain bersama, mengajarkan anaknya untuk membaca dan menulis. Tetapi kini setelah anak sakit, hal yang biasa dilakukan Ibu bersama anak akan hilang bahkan tidak akan terjadi lagi. Terlebih jika sang anak meninggal, semua hanya tinggal kenangan saja.

Banyak duka yang dirasakan oleh sang Ibu dengan anak penyakit katastropik, walau kenyataan yang dijalani sungguh pahit, Ibu tidak boleh menyerah. Harus tetap melakukan yang terbaik demi kesembuhan anak. Dalam duka yang dirasakan, Ibu bisa meredakan rasa duka melalui komunikasi yang tepat dengan anak. Hal ini disebabkan karena komunikasi dianggap dapat menciptakan kesembuhan pada anak. Semakin anak ceria, tersenyum dan tertawa akan membantu Ibu menjadi lebih tenang dan mengurangi rasa duka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline