Menjadi Abdi Negara, bagi kebanyakan orang memang merupakan sebuah kebanggaan. Siapa yang tak suka masa depannya dijamin dengan gajian tiap bulan, hingga kelak setelah tak bekerja pun masih menerima bayaran berupa uang pensiun. Tak hanya itu, dalam kehidupan keseharian, abdi negara juga memperoleh penghormatan khusus berupa prestis dan berbagai apresiasi di tengah masyarakat. Bayangan hidup terhormat dan kecukupan materi itu menjadikan banyak orang memimpikannya. Meski disadari, tak mudah untuk menggapainya.
Di musim pemilu tahun 2024 ini, muncul sebuah guyonan yang dipertontonkan oleh beberapa orang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang mencitrakan dirinya seperti Abdi Negara atau Pegawai Negeri Sipil (ASN). Maraknya unggahan video guyonan atau meme itu berlangsung usai pelantikan anggota KPPS pada akhir Januari lalu, yang dilanjutkan dengan pendidikan atau Bimtek. Beragam video beredar, mulai dari gambaran penyesalan mendalam seseorang yang gagal menjadi abdi negara / anggota KPPS), ada yang menyebut anggota KPPS lajang dianggap sebagai calon menantu idaman, meski terkesan lebay tapi cukup membuat kita tersenyum saat menonton gambaran perubahan kesejahteraan sebagai anggota KPPS yang auto berani kredit Pajero, hingga kebanggaan istri-istri anggota KPPS yang menyamakan diri seperti layaknya istri-istri polisi atau TNI, dan masih banyak lagi cerita kebanggaan sebagai anggota KPPS lainnya. Dan semua itu tentu saja cukup menghibur siapa saja yang menonton atau membaca meme yang kini ramai berseliweran di berbagai platform media sosial. Termasuk juga status yang dibuat oleh anggota KPPS di grup-grup WhatsApp keluarga atau pertemanan.
Kebanggaan tersebut menjadi fenomena tersendiri di tengah hiruk-pikuknya pemilu 2024. Padahal sebelumnya sempat ramai berita tentang rendahnya minat warga masyarakat menjadi anggota KPPS. Berbagai sebab menjadi latar belakang keengganan masyarakat, diantaranya tanggung jawab pekerjaannya yang sangat menyita waktu dan tenaga, hingga ada yang menyebut waktu kerja nya hingga 36 jam saat hari pemungutan suara. Atau bisa jadi karena pengaruh tragedi pemilu sebelumnya yang merenggut banyak korban anggota KPPS meninggal dunia.
Beratnya tanggung jawab dan waktu kerja yang sangat panjang itu yang kiranya menjadi alasan dinaikkannya gaji petugas KPPS, yaitu Rp 1.200.000,- untuk ketua KPPS, dan Rp 1.100.000, untuk anggota KPPS.
Namun demikian, dalam guyonan yang beredar, cerita menjadi berbeda ketika disampaikan bahwa mereka lebih sejahtera dari ASN lain. Kalau misalnya, ASN digaji Rp 5 juta/bulan, maka gaji KPPS disebut Rp 1,2 juta / hari. Sah-sah saja ini menjadi guyonan, karena memang hari kerja anggota KPPS yang sesungguhnya, yaitu pada tanggal 14 Februari 2024 nanti sebagai hari H pemilihan umum.
Menyimak fenomena ini, cukuplah membuat kita tersenyum, terhibur di tengah panasnya tensi jelang pemilu, terutama diantara para pendukung paslon Capres / Cawapres yang kerap saling sindir di media sosial. Dan biasanya makin memanas usai berlangsungnya acara debat Capres maupun Cawapres.
Siapa pun yang memulai, kiranya patut diapresiasi hingga marak fenomena seperti ini. Dan inilah Indonesia, di tengah ketidakpastian, di bawah penderitaan, di dalam keterpurukan, di balik beratnya beban kehidupan, dan di dalam situasi yang tidak mengenakkan pun, masih mampu menertawakan kegetiran hidupnya. Inilah bangsa kita Indonesia, bangsa yang pandai menghibur diri. Sepatutnya kita maklumi, meski terkadang sering kebablasan dalam menghibur diri, sehingga menjadi sebuah paradoks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H