Lihat ke Halaman Asli

sichanang

Gak perlu ucapan terimakasih atas pelaksanaan tugas!

Garuda Gagal Terbang di Ambon, Meski Memahami tapi Pastinya Penumpang Dirugikan

Diperbarui: 7 November 2023   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

boarding awal (foto pribadi)

Sabtu, 4 November 2023 kemarin, pesawat Garuda Indonesia yang sedianya terbang dari Ambon menuju Jakarta gagal mengudara sesuai jadwal. Padahal seluruh penumpang sudah sempat masuk ke dalam pesawat dan bersiap terbang, namun karena alasan teknis, jadilah ditunda. Kurang lebih dua jam penulis duduk di dalam pesawat yang rada panas. Sempat nonton film, ketiduran, eh akhirnya  disuruh kembali ke ruang tunggu.

Saat keluar dari pesawat, petugas langsung membagikan air mineral. Dan para penumpang langsung menyerbu minimarket, satu-satunya yang masih buka di sore itu. Kata penjualnya, sempat tutup, lalu buka lagi setelah tahu pesawat gagal terbang. Kemungkinan penumpang menyerbu minimarket itu karena lapar sehabis duduk menunggu lama, atau beli jajanan untuk membunuh kebosanan akibat menunggu yang tak pasti.

Di luar ruang tunggu, di sekitar pesawat tampak kesibukan petugas. Hingga setelah sekian lama menunggu, akhirnya petugas menyuruh penumpang mengambil barang di cabin yang tadinya disuruh ditinggalkan. Fix pesawat GA 647, yang harusnya take off dari Ambon pukul 16.15, gagal terbang hari itu. Penumpang pun terpaksa harus bermalam, menunggu pemberangkatan keesokan harinya.

Tentu saja penundaan ini menimbulkan kepanikan. Betapa tidak, diantara penumpang ada beberapa turis (WNA) yang sepertinya akan melanjutkan perjalanan, sehingga mereka tampak mengurus ini itu pada petugas. Ada pejabat juga harus membatalkan acaranya. Salah satu temanku batal ngejob, padahal dia rencananya, setibanya di Jakarta akan langsung kerja malam itu juga di sebuah acara di kawasan Senayan. Dan berbagai alasan yang menimbulkan kerugian, selain rugi waktu tentunya karena harus menghabiskan malam di kota Ambon.

Aku rugi apa ya? Pastinya rugi waktu. Selain itu, hilang kesempatan berolahraga di minggu pagi yang sebenarnya sudah ditunggu-tunggu, karena jadwalnya berlangsung seminggu sekali. Ditambah, karena suasana hotel tidak nyaman, jadinya gak bisa untuk nulis malam itu.

Setelah didata, para penumpang disuruh turun ke ruang keberangkatan untuk selanjutnya akan diantar ke hotel tempat istirahat malam itu. Setibanya di ruang keberangkatan, penumpang diberi roti satu per satu. Lalu, para penumpang diantar oleh kendaraan yang telah disiapkan menuju beberapa hotel di kota Ambon. Aku dan penumpang lain yang berjumlah 12 orang tiba di hotel A sekitar pukul 20.00 WITA. Oleh pihak hotel melalui telepon kamar, sekitar pukul 22.00, diinformasikan bahwa besok pagi kami akan dijemput pukul 06.30 untuk diantar ke bandara. Kami menginap di hotel ini satu kamar untuk dua orang. Cuma sayangnya hotel ini sedang renovasi, kamarnya masih bau cat dan tidak ada air panas di kamar mandi. Jelas ini membuat kurang nyaman. Ditambah, saat tengah malam di depan hotel banyak yang nongkrong dan suara musik yang keras hingga pagi, jadinya tidur pun jadi terganggu.

Dan keesokan paginya, setelah sarapan di hotel kami dijemput. Pagi itu ada sedikit 'drama' kecil saat penjemputan. Entah kenapa, pihak hotel menyuruh jemputan yang sudah datang duluan untuk mengangkut penumpang yang telah siap, padahal semalam saat masih di bandara diinfokan bahwa besok penumpang akan dijemput oleh mobil dan sopir yang sama. Setelah pihak hotel yang sedari semalam tidak ramah ini berdebat dengan sopir, jadilah aku dan penumpang lain naik mobil yang berbeda. Tentu ini menimbulkan sedikit ketidaknyamanan, baik bagi sopir maupun penumpang.

Setibanya di bandara, tampak antrian penumpang yang sudah lumayan panjang. Kalau kemarin aku dan teman-teman tidak perlu antri karena bisa cek in online, pagi ini semua penumpang harus antri untuk memperoleh boarding pass baru. Diantara antrian itu, ada penumpang yang sudah berganti pakaian, dan ada pula yang masih mengenakan baju yang kemarin dipakainya. Maklum, mungkin persediaan pakaian ganti telah habis.

Sambil berdiri di antrian yang lumayan panjang, dalam hati kecil aku bertanya, kemana gerangan para petinggi maskapai Garuda di kota Ambon ini. Dari kemarin hingga pagi ini tak ada satu orang pun yang menyampaikan permintaan maaf atas gagalnya pesawat terbang. Kalau pun tidak minta maaf, sangat elok bila ada perwakilan Garuda yang mendatangi lalu menyapa, menanyakan bagaimana istirahat  kami, atau bagaimana sarapan kami.

Hingga antrian makin pendek dan sampai giliran menerima boarding pass, ternyata harapan itu tak kunjung datang. Dan kesadaranku kembali mengingatkan, "Oiya ini kan masih di Indonesia, mereka tidak terbiasa meminta maaf, atau memberi perhatian dalam melayani. Mereka sukanya menerima penghargaan, yang itu pun kadang dimanipulasi sendiri".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline