Lihat ke Halaman Asli

sichanang

Gak perlu ucapan terimakasih atas pelaksanaan tugas!

Sedih, Anakku Takut Pelajaran Agama

Diperbarui: 22 Agustus 2023   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : koleksi pribadi sichanang

Awalnya aku kurang memahami keluhan anakku. Tapi setelah beberapa minggu, tiap menjelang hari esoknya ada pelajaran agama, malam sebelumnya anakku mengeluhkan hal yang hampir sama. Sekali bilang males sekolah karena besok pelajaran agama. 

Lain kali, bilang kurang semangat belajar malam ini karena besok pelajaran agama. Minggu depannya lagi bilang, bisa gak sih kalau gak pake ada pelajaran agama. Dan puncaknya, anakku sangat girang saat hari seharusnya ada pelajaran agama jatuh di tanggal merah dan sekolah libur. Semula sedih, lalu sempat bingung, dan akhirnya merasa perlu ada tindakan. 

Sedihnya, kejadian ini agak jarang terjadi, karena sepengetahuanku pelajaran yang gak disuka itu biasanya matematika atau bahasa Inggris. Tapi kenapa ini gak suka pelajaran agama. Aneh dan membingungkan. Karenanya aku merasa perlu berbuat sesuatu untuk mengatasi keluhan anakku ini. Termasuk juga melakukan kelola emosi anak ku. 

Tindakan pertama yang kulakukan adalah mengajak anakku bicara. Kugali melalui beberapa pertanyaan. Apa alasannya tidak suka pelajaran agama? Hasilnya, ternyata ketidaksukaannya pada pelajaran agama karena bu gurunya galak. 

Lalu kutanya lagi, kenapa bu gurunya galak? Jawabannya, enggak tahu. Kutanya lagi, dia dan teman-temannya nakal gak kalau di kelas, sehingga bu guru jadi suka marah-marah? jawabnya, iya ada temannya yang nakal, lalu dimarahi. 

Dan, saat kutanya, apa anakku pernah dimarahi bu guru agama itu? Dijawabnya, enggak pernah, tapi dia takut dimarahi. Kesimpulan sementaraku, jadi sebenarnya anakku bukan tidak suka pelajaran agamanya. Anakku tidak suka pelajaran agama karena gurunya galak.

Spontan di kepalaku muncul pertanyaan-pertanyaan. Kenapa guru agama perlu jadi galak? Kenapa pula belajar agama harus dengan cara galak atau menakutkan?

Langkah berikutnya, aku besarkan hati anakku. Kubilang, kalau tidak melakukan salah dan tidak nakal, jangan takut dimarahi. Selanjutnya, aku bilang, dia kan bisa mengaji, selain itu juga di sore hari belajar di TPA, sehingga banyak pelajaran di sekolah yang sudah diterimanya di TPA. 

Bahkan, di TPA itu anakku sering ditunjuk dan mengajukan diri jadi imam sholat Ashar. Bahkan sudah pernah ikut lomba adzan. Semua itu kusarankan jadi modal kemampuan dalam mengikuti pelajaran agama di sekolah. Dan dari segi nilai, juga tidak buruk hasil prestasi belajarnya. 

Hasilnya, belakangan anakku sudah tidak mengeluh lagi. Namun sebagai kontrol, aku tetap mengajaknya ngobrol dan bertanya, apa masih tidak suka belajar agama di sekolah. Jawabannya, sekarang agak biasa tapi masih kurang suka. Alasannya tetap karena bu gurunya galak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline