Oleh: Chrirs Admojo
Telah berulang-ulang peringatan diviralkan.
"Jika Anda mendapat kiriman undangan resepsi pernikahan digital melalui WA, jangan dibuka!" Kalimat peringatan semacam ini sering kita terima di grup-grup WA yang kita ada di dalamnya. Saya pun pernah turut mengeshare peringatan ini pada grup WA yang setelah saya cek memang belum pernah ada anggota yang mengesharenya.
Kawan, sore tadi usai mandi sambil menunggu panggilan ke surau, saya buka WA. Saya respon beberapa GWA yang perlu atau menyampaikan apresiasi. Ada pula japri seorang sahabat yang baru pulang pasang ring jantung yang kelima dari RSAL Dr. Ramelan. Alhamdulillah sukses. Tiba pada japri yang ketujuh. Nomor ponsel tak terekam. Karena ada 294 nomor yang terblokir pada ponsel saya dan tak terbilang juga nama sahabat atau relasi yang hilang, saya buka. Ada undangan resepsi pernikahan digital. Jangan-jangan ini undangan dari sahabat yang namanya telah lesap ditelan waktu.
Tanpa pikir panjang, undangan digital saya buka. Pada layar tampil tawaran aplikasi undangan pernikahan. Tidak ada yang saya pilih. Saya keluar dari tawaran ini. Tampil kotak dialog pilihan: diizinkan dan tidak diizinkan. Saya tak membaca isi kotak dialognya. Saya sentuh pilihan tidak diizinkan. Lho, yang tersentuh pilihan diizinkan. Undangan digital tetap tak terbuka sebagaimana lazimnya yang saya terima. Saya memahami diri karena faktor usia dan jari tangan tak selentik dan selincah ketika masih muda apalagi belia.
Namun, kemudian saya kirim file undangan resepsi pernikahan kepada Dinda, anak keempat kami. Dinda pun buru-buru mengingatkan saya, "File APK ini, Yah! Jangan dibuka. Ayah dulu yang mengingatkan kami."
Saya baru menyadari bahwa file berekstension .APK dapat melacak dan mengakses aplikasi yang ada dalam ponsel kita. Ini kalau file tersebut sempat kita buka. Tentu yang paling berbahaya jika ada aplikasi M-Banking, SMS-Banking, facebook, whatsapp, dan lain-lainnya. M-Banking dan SMS-Banking hanya bersangkutan dengan saya. Namun, facebook, whatsapp, telegram, daftar nomor ponsel, dll. yang ada dalam ponsel saya sangat potensial berdampak pada banyak orang.
Aha aha aha .... Nasi sudah menjadi bubur. Dinikmati saja dengan cara dan waktu yang tepat. Panggilan dari surau berkumandang. Kutuju Nurhidayah di tepi ujung jalan dekat rumah kami. Setiba di serambinya, kulihat masih ada waktu 6 menit lagi baru iqomah. Tahiyatul masjid kusempatkan. Namun, lupa sudah dua atau masih satu rakaat. Kugenapi satu rakaat lagi. Dalam berjamaah konsentrasi saya jadi fluktuatif. Lebih sering lesapnya. Ada galau di benak, "Mengapa tak seperti lazimnya, kubaca dulu secara cermat hal-hal baru yang belum jelas?"
Sesampai di rumah, saya hubungi call centre bank-bank yang saya atifkan M-Banking dan SMS-Banking di ponsel saya. Saya mohon kepada operator bank untuk memblokir fasilitas transaksi keluar, ATM, M-Banking, dan SMS-Banking. Besuk hari kerja dapat saya aktifkan lagi dengan membawa persyaratan yang ditentukan masing-masing bank. Relatif berbeda.
Sebenarnya ada saran dari operator bank, "Yang diblokir cukup M-Banking dan SMS-Banking saja, Bapak! Aplikasi ini dan yang ada dalam HP Bapak saja yang dapat diakses oleh file .APK atau sejenisnya," penjelasannya gamblang.
"Mohon tolong, Mas, agar saya tidak gamang, diblokir juga fasilitas Transaksi Keluar dan ATM saya!" saya nyambat sekali lagi.