Lihat ke Halaman Asli

Chalila Raihan Nabilazka

Penerima beasiswa penuh Pemerintah Turki (Turkiye Burslari), sedang menempuh pendidikan Master of International Relations di Istanbul Medeniyet University

Dampak Gempa Turki: Seluruh Universitas Menerapkan Sistem Pembelajaran Jarak Jauh

Diperbarui: 28 Februari 2023   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gempa kembar yang mengguncang Turki dan Suriah pada 6 Februari lalu menyebabkan puluhan ribu nyawa melayang. Di Turki, korban mencapai lebih dari 44.000, sedang korban di Suriah mendekati 6.000 jiwa. Gempa berpusat di Kahramanmara, Turki, dan menyebabkan 9 provisi lain di negara tersebut termasuk Adana, Adiyaman, Diyarbakr, Gaziantep, Hatay, Kilis, Malatya, Osmaniye, dan Urfa mengalami kerusakan parah. Gempa bahkan dirasakan hingga ke negara tetangga seperti Libanon, Yunani, Israel, dan Siprus. Ratusan ribu bangunan dilaporkan rusak parah sedang korban selamat tinggal di tenda darurat dan mengungsi ke kerabat. Dampak lain adalah tertundanya awal semester musim semi bagi pelajar dan mahasiswa. 

Menyusul gempa yang menghancurkan bagian selatan Turki, pemerintah mengambil tindakan untuk mengungsikan korban ke asrama-asrama universitas yang berada di kota lain. Dalam pidato yang disampaikan pada 11 Februari, Erdogan menyebut bahwa untuk periode musim semi 2023 semua universitas akan melanjutkan aktifitas dengan sistem pembelajaran jarak jauh. Hal ini sehubungan dengan asrama kampus negeri yang akan dialihfungsikan sebagai penampungan korban gempa.

"Semua asrama KYK (asrama yang dikelola negara) akan kami gunakan hingga akhir musim panas. Universitas akan menerapkan pendidikan jarak jauh," kata Erdogan saat berada di provinsi Diyarbakr yang dilanda gempa. Ia juga berharap untuk dapat menyelesaikan konstruksi dan restorasi di daerah pasca gempa dalam setahun.

Bagaimanapun, langkah tersebut memicu berbagai reaksi dari masyarakat dan partai oposisi di sosial media, dan menyebut minimnya perencanaan pemerintah dalam menghadapi bencana semacam ini. Masyarakat berpendapat bahwa pemerintah seharusnya menggunakan hotel dan wisma untuk menampung korban gempa. Hal lain yang dikeluhkan adalah kurang maksimalnya akses internet yang akan menyulitkan pelajar yang tinggal di daerah pinggiran.

Keputusan terakhir disampaikan oleh Presiden Dewan Pendidikan Tinggi Turki, Erol zvar, pada 17 Februari bahwa aktivitas pembelajaran di universitas akan menerapkan sistem jarak jauh dan dapat dimulai pada 20 Februari. Mayoritas universitas memulai pembelajaran pada Senin 27 Februari lalu dengan sistem online. Keputusan ini akan dievaluasi ulang untuk kemungkinan pembelajaran secara hybrid atau tatap muka pada awal April mendatang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline