Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Kisah tentang Dua Anak Manusia dalam Menemukan Belahan Jiwanya

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penulis: Chalifah Rum Assidiqie

Pemuda ini berusaha merombak pemikiran kebanyakan pemuda lain yang memiliki beberapa kriteria ideal dalam memilih seorang calon istri. Misalnya saja perempuan itu haruslah seorang gadis, berparas cantik, sehat, mandiri, baik hati, kaya dan lain sebagainya. Lalu bagaimana jika pemuda itu yakin menjatuhkan pilihannya pada seorang wanita yang benar-benar kebalikan dari kriteria-kriteria ideal tersebut?? Wanita yang ia jumpai di Tanah Suci dengan mata sendu dan raut wajah penuh keputus asaan. Wanita yang tidak bisa dibilang cantik serta menawan, wanita yang belakangan dia tahu sebagai janda beranak satu dengan masa lalu pahit dan penuh kejadian traumatik, wanita yang lemah fisiknya serta ringkih tubuhnya. Pemuda itu menjatuhkan pilihan pada wanita itu, tak ada yang spesial dari dirinya, satu-satunya yang dia lihat sempurna adalah binar matanya yang penuh dengan kepasrahan kepada Allah.

Wanita yang menjadi jama’ah satu rombongan ketika ibadah ke Tanah Suci itu membuatnya penasaran. Ada apa dibalik binar matanya yang tampak selalu berkaca-kaca? ketika melakukan thawaf, sa’i atau ketika melakukan perjalanan ziarah, ia selalu tampak sangat pasrah. Mungkin jika pemuda itu bisa mendengar suara bathinnya akan berkata : “aku milikMu Allah...aku milikMu...aku pasrah kapanpun dan dimanapun Kau ambil jasad ini..”

Pemuda itu mulai bergetar setiap menatap mata wanita yang sangat sedikit tersenyum itu. Lalu ia dengan lantang penuh keyakinan berdoa kepada Allah “Wahai Allah Yang Maha membolak Balikan Hati, ada apa dengan hatiku ini? Jika selepas kepulangan hamba dari Tanah Suci ini Engkau menggertarkan hati hamba pada seorang wanita, maka aku anggap itu adalah jodoh yang Kau kirim untukku, jodoh yang Kau tulis dalam Kitab Lauhil mahfuz-Mu, maka tetapkanlah hatiku pada TakadirMu” . Pemuda itu selalu menulang-ulang doa itu sampai timbul keyakinan dalam dirinya “Ada apa gerangan denganmu  wahai wanita berwajah sendu?, jika Allah mengijinkan, aku akan datang kepadamu sebagai penawar kesedihanmu, obat dari penyakitmu, dan pelangi setelah badaimu”

Ketetapan Allah membawa mereka pada rencana ikatan suci pernikahan. Cinta yang ia punya dimulai dari keyakinan. Keyakinannya bahwa Allah tak akan pernah salah menetapkan takdir untuknya. Namun si wanita ragu-ragu, “benarkah pemuda itu mau mengorbankan apa yang ia punya untuk wanita sepertiku? pemuda yang gagah itu, bermasa depan cerah, akankah dia mau meluangkan waktunya untuk merawat seorang wanita yang sakit fisik dan jiwanya, serta anaknya yang sakit-sakitan pula? Benarkah dia adalah malaikat dan jawaban dari Allah atas segala doa dan kepasrahanku selama ini?”

Ketika Allah selalu berseru “Wahai Manusia, janganlah berputus asa terhadap Rahmat-Ku” maka benarlah selalu ada jawaban jika kita bersabar dan berusaha dengan penuh kepasrahan. Ketika ia melihat tekad sang pemuda begitu kuat, tak ada lagi keraguan dalam hati sang wanita. Ia menerima takdir dan jalan hidup dengan penuh suka cita. Ia merayakan dengan penuh syukur kepada Allah yang telah memberinya jalan keluar dari kemelut hidup tak berkesudahan.

Akhirnya sang pemuda dan sang wanita  bergandeng tangan seiring sejalan dalam ketaatan kepada Allah. Cinta yang mereka bina bukanlah cinta nafsu duniawi, tapi cinta yang dilandasi kecintaan pada Sang Maha Cinta. Mereka sadar perjalanan mereka bukan tanpa kerikil tajam, namun keyakinan dan keteguhan hati membuat mereka menjadi belahan jiwa hingga akhir hayat.  Sambil terus berdoa mereka berpasrah “Ya Tuhan kami...janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami” (QS Ali Imran: 8).

Jodoh, maut, rizki adalah takdir Sang Maha Kuasa. Kapan, di manapun dan dengan cara apa kita mendapatkannya merupakan rahasia Ilahi. Kita cukup diperintahkan untuk selalu berikhtiar dan bertawakkal. Jangan sekali-kali manusia berputus asa dari rahmat-Nya, karena bersamaan dengan kesulitan selalu ada jalan kemudahan. Ya, bersamaan dengan kesulitan ada kemudahan, itu sudah janjinya Allah. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita singkat di atas. Amin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline