Lihat ke Halaman Asli

Baik-Baiklah di Jalanmu...

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat terakhir sebelum kepergianmu berlibur, tanda-tanda perpisahaan mulai kelihatan. Pertengkaran demi pertengkaran terjadi. Hal sepele menjadi besar karena ego kita masing-masing. Satu persatu perlengkapan berliburmu dipersiapkan. Rasa bercampur saat sebelum kepergiaanmu,..

Kumasih memelukmu saat demam tubuhmu dihari-hari sebelum kau pergi. Berat nian melepasmu pergi walau sadar kau akan kembali. Aku sadar perbedaan keyakinan antara kita, membuatmu begitu diasingkan dari kaummu. Aku tau dibalik kebahagiaan kisah kita kau memendam itu setahun terakhir ini.
Hari-hari tak pernah terlewati tanpa kebersamaan, guyonan manja dan kekanak-kanakanmu pergi bersamamu.

Pagi itu, dihari-hari pertama aku kerja.. dengan muka tebal aku ijin hanya untuk melepas kepergianmu. Sweter abu-abu tebal, celana pendek dan sendal plastik kesayanganmu menghiasimu hari itu. Kecupan terakhirku di keningmu sebelum kau pergi tak pernah kusangka akan menjadi kecupan terakhir untuk selamanya. Dekapan hangatmu tak pernah aku tau kalau adalah pamitan untuk selamanya...

Avansa silver perlahan membawamu pergi ...
Aku kembali bekerja dengan rasa gundah gulana. Betapa hari ini adalah hari pertama ku mulai tanpamu. Dan lagi-lagi aku tak pernah sadar kalau ini adalah hari pertama dan selamanya tak bersamamu.

Besok mulai berjalan, hari mulai berjalan.. Kata-kata rindu dan cinta masih terus terkirim lewat ponsel ini. Suara lucumu masih terus menghiasi hari-hariku. Aku begitu dekat denganmu dan aku tau kepribadianmu. Kau adalah wanita dengan kepribadian ganda bagiku...
Tetapi aku bisa memahami dan tau cara untuk meredammu ...

Perbedaan itu, selalu mengusik kebahagiaan kita.. kau hanya bisa menerimaku jika kau melihatku dengan nuranimu... Saat itu kau kembali ditengah kaummu. Aku mengerti keadaanmu, perasaan dan rasa bersalah dalam dirimu. Pendirianmu kembali goyah.. kau sepertinya tak ingin terus-terusan hidup dalam keterasingan dari kaummu sendiri. Kau perlahan berubah,.. Bulan Puasa 2010 adalah masa kehancuran.. kota impian kita perlahan mulai roboh.... hingga akhirnya betul-betul roboh.

Aku bangga padamu, walau akhirnya kau menyerah.. kau masih memperjuangkan kebahagiaan kita di hadapan orang tuamu. Kucoba meyakinkan mereka tetapi benar kata ibumu... CINTA TAK DAPAT MENGALAHKAN PRINSIP. Hari-hari setelah itu.. kau dan aku dalam kepasrahan.
Tak kuasa aku menahan haruku, mendengar tangisanmu dari seberang sana..

Maafkan aku, aku terlalu meyakinkanmu untuk menyatukan cinta beda jalur. Terlalu meyakinkanmu sehingga kau lebih mendengar perasaanmu ketimbang prinsip yang harus kau pegang teguh. Tapi apakah kita salah seperti kata mereka... kita telah coba memaknai anugrah rasa dari Sang Pemilik Rasa. Tak tau kita benar atau salah... Tetapi kita Salah ....

Tak pernah tau apa yang terjadi denganmu disana.. tetapi tiba-tiba keadaan berbalik 360 derajat. Kau yang kemarin masih mengatakan sayang hari ini berbalik membenciku, membencikut dengan semua tentang ku ....

Hari-hari itu adalah hari yang begitu berat, berperang dengan hasratku sendiri. Rasa bercampur menjadi satu. Hari-hariku seperti hari tanpa kehidupan. Waktu terus berjalan... kumasih disini di tengah semua saksi kebersamaan kita... berjalan bersama bergantinya musim...

Tahun berganti...
Kita telah dengan jalan kita masing-masing. Waktu perlahan mengobati duka, dan membuatku sadar makna dari kejadian itu ... Aku telah lebih baik hari ini. Aku telah menjadi seperti yang pernah kita impikan dulu ....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline