Lihat ke Halaman Asli

Berpuasa untuk THR?

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Cut Yulvizar, MSc IRONIS dan tragis, itulah kata yang tepat untuk peristiwa di Aceh Tengah pada akhir Ramadhan ini, seperti dirilis Serambi Indonesia [01/09] “Mengamuk Tak dapat THR, Ribuan Rakyat di Aceh Tengah Lempar Kantor Bupati”. Meskipun peristiwa mengamuk bukanlah hal yang baru di Aceh dan Indonesia pada umumnya. Namun menjadi sangat ironis karena amarah itu muncul pada saat bulan Ramadhan, yang notabene sebagian mereka sedang dalam berpuasa. Bukankah tujuan dari berpuasa tidak hanya untuk menahan lapar dan dahaga, melainkan juga menahan amarah? Artinya jika seorang yang berpuasa tidak mampu menahan lapar dan dahaga, maka puasanya tidak ada gunanya lagi. Bukankah hal yang sama juga jika seseorang tak dapat menahan amarah maka puasanya akan sia-sia juga? Berpuasa pada hakikat bukan saja sebagai bagian dari a part of Islamic five pillars (bagian dari rukun Islam), melainkan juga menjadi kewajiban bagi orang-orang yang beriman, sehingga diharapkan mereka akan mendapatkan reward (pahala/predikat) taqwa. Yaitu suatu predikat yang sungguh sangat luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya yang terpilih. Namun apakah untuk mendapatkan predikat taqwa tersebut, cukup hanya dengan menahan lapar dan dahaga, sebagaimana umumnya dipahami selama ini oleh sebagian orang yang berpuasa? Untuk mendapatkan predikat taqwa tersebut, ada banyak hal dan kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang hamba, sehinga ia dapat dikategorikan sebagai seorang yang bertaqwa. Beberapa kriteria tersebut telah dijelaskan di dalam Alquran, diantaranya: Pertama, orang yang bertaqwa itu adalah orang-orang yang selalu menjadikan Alquran sebagai pedoman, aturan, rules of life baik untuk kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Menjadikan Alquran sebagai pedoman secara universal, tidak parsial dan teringrasi dalam setiap perkataan, pemikiran, perbuatan, dan segala tingkahnya (Qs.Al-Baqarah:2). Kedua, kategori orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang nyakin dan beriman kepada hal-hal yang ghaib, mendirikan shalat dan bukan hanya sekedar melaksanakan shalat, menginfakkan sebagian rizki yang telah Allah berikan padanya (Qs.Al-Baqarah:3). Ketiga, mereka yang beriman terhadap Alquran dan kitab-kitab Allah yang pernah diturunkan sebelum Alquran, serta sangat nyakin akan datangya hari kiamat (Qs.Al-Baqarah:4). Pada hari tersebut segala amal perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan. Sehingga setiap perbuatan yang jahat di dunia ini, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi akan selalu dapat dihindari, karena ia harus mempertanggungjawabkan pada hari yang penuh keadilan nantinya. Keempat, untuk menjadi orang yang bertaqwa adalah mereka yang selalu memburu dan mencari ampunan Allah (Qs.Ali-Imran:133). Karena Tuhan maha tahu bahwa tidak ada manusia ini yang tidak punya kesalahan dan berbuat dosa, baik dosa kecil maupun besar. Maka Allah selalu membuka pintu pertaubatan (ampunan). Jika hamba-Nya tersebut selalu berburu dan mencari ampunan, Allah akan memberikan surga bagi hamba tersebut yang luasnya seluas langit dan bumi. Kelima, mereka yang selalu menafkahkan hartanya di jalan Allah, baik dalam keadaan kaya (lapang) maupun dalam keadaan miskin (sempit) (Qs.Ali-Imran:134). Namun fenomena yang terjadi adalah sebaliknya. Sebagian atau mengutip judul berita itu, ribuan dari manusia ini berlomba-lomba untuk berburu harta, baik yang sudah kaya, apalagi yang masih belum kaya. Begitu juga, kebanyakan dari mereka yang sudah kaya (rizki Allah), baik karena sudah menjadi penguasa atau pengusaha, mereka menjadi kikir dan tidak bersyukur. Keenam, kriteria orang yang bertaqwa adalah mereka yang menahan amarah dan memaafkan sesama manusia (Qs.Ali-Imran:134). Namun seringkali manusia tak mampu menahan amarah, dan juga sangat sulit untuk saling memaafkan. Apa yang terjadi di Aceh Tengah, di mana “ribuan rakyat melempar kantor Bupati Aceh Tengah” adalah salah satu bentuk tidak mampunya mereka menahan amarah hanya untuk mendapatkan THR. Padahal nafsu amarah seringkali menimbulkan kehancuran, perpecahan dan bahkan peperangan yang dapat menumpahkan darah manusia. Dalam kondisi demikian, benarlah sabda Rasulullah saw bahwa: “Banyak sekali orang yang berpuasa, namun tidak ada yang didapatkan dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga”. Fenomena seperti yang dilansir oleh Serambi seakan telah menghilangkan esensi dan tujuan dari berpuasa. Di mana bulan puasa pada hakikatnya mengajarkan manusia untuk menetralisir sifat dan nafsu manusia yang “hubbundunya”, mengajari manusia untuk hidup sederhana, dapat menahan amarah dan tidak materialistik. Namun kenyataan sebaliknya. Umumnya di akhir ramadhan sebagian dari mereka berlomba untuk dapat mengumpulkan materialisme sebanyak-banyaknya, bahkan sampai emosional pun tak terkontrol. Hanya karena tidak mendapat THR, dalam kondisi berpuasa pun mereka mencaci maki, sumpah serapah dan bahkan harus merusak bangunan yang tak pernah salah sekalipun. Berpuasa yang diharapkan dapat menekan nafsu, pada kenyataannya belum mampu melawan nafsu dan kerakusan terhadap nilai materialisme dunia ini. Inilah fakta yang menunjukkan bahwa predikat ketaqwaan yang diharapkan oleh puasa di bulan Ramadhan tidak didapatkan oleh semua orang, hanya oleh sebagian kecil orang saja. Sementara sebagian yang lain berpuasa diakhiri hanya untuk berburu THR dan nilai materialisme lainnya. Wallahu a’alam. * Penulis adalah Staf Pengajar Unsyiah. Alumni George-August Universitat of Goettingen, Germany. Telah dipublish di http://serambinews.com/news/view/38597/berpuasa-untuk-thr

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline