Keadilan untuk Tukang Sate
M. Chairul Basrun Umanailo
Email: chairulbasrun@gmail.com
hampir seluruh media mempublikasikan kasus bully- si Arsyad, dalam hitungan saya arsyad kemudian menjadi populer lagi-lagi karena korban pencitraan. apa yang menyebabkan sampai kasus ini sedemikian rupa para tokoh dan ahli masih meraba-raba. Munculnya kasus Bully yang dianggap mengotori tatakrama politik dalam kerangka penyadaran rakyat sebenarnya kita lupa bahwa kerakyatan yang kita inginkan di dalamnya ada rakyat yang bernama Muhamad Arsyad. apa kemudian dengan penangkapan dan pemenjaraan orang tersebut lalu akan lahir sebuah tatanan konstuksi sosial yang santun terhadap media, saya yakin tidak seorangpun mampu menjamin ini.
Hampir setiap Presiden kita ditelanjanngi, dihancurkan citranya lewat rekayasa gambar, semenjak media internet beredar dan ditunggangi untuk kepentingan sesaat, sadarkah kita bahwa masyarakat Indonesia telah terjebak masuk dalam bentuk masyarakat yang sangat menyanjungi kebebasan. (namun phobia juga terhadap kebebasan) Jadi ketika ada warga masyarakat berekspresi lewat media-media sosial tidaklah kemudian kita berlebihan menanggapinya. kalo cuma efek jera yang diharapkan, saya sendiri sangat pesimis hal ini bisa terwujud.
Dalam pengamatan saya, pelaku adalah tipe pemula ditambah dengan keluguan sehingga kelihatan sangat tidak profesional. bayangkan sebegitu bodohnya menggunakan akun pribadi untuk membully sang presiden sehingga memang yang terpampang hanyalah sebuah keisengan belaka, namun ironisnya ini ditanggapi serius untuk orang dengan status Jokowi yang pro rakyat, aneh bukan.
lebih lanjut lagi, ketika keadilan formil di tabrak kepada si Arsyad masyarakat kita seakan-akan terbius dan membenarkan perlakuan Jokowi, dampak pencitraan presiden yang lagi KERJA memberangus semua sendi-sendi kehidupan masyarakat bahwasanya yang dilakukan oleh pihaknya adalah sesuatu yang wajar. kemana rasionalitas masyarakat kita yang selama ini terkenal sangat kritis dan manusiawi, jangan-jangan rasionalitas kita sudah diperkosa oleh citra yang dipancarkannya.
Menyaksikan air mata seorang ibu yang memohon pembebasan atas anaknya bukanlah suatu rekayasa, ada keinginan luar biasa untuk sebuah pembebasan setidaknya untuk kumpul bersama keluarga yang tercinta. coba bayangkan seandainya kasus ini terjadi pada kita semua. bukan suatu pembelaan namun sudah waktunya kita objektifkan pandangan bahwa ada hal yang jauh terpenting buat diurus ketimbang membikin pusing rakyat.
ada kekhawatiran saya bahwa ini hanyalah pengalihan isu yang semestinya tidak harus terjadi, sebab ketika kasus ini muncul banyak persoalan yang belum selesai urusannya, kita sebut saja bagaimana kemudian meredam kepo masyarakat atas kabinet yang dibangunnya agar tidak banyak suara sumbang maupun segregasi kepentingan dalam urusan politik jadi masyarakat disajikan kasus bully sebagai media pengalihan isu, karena semua ini terjadi di saat kondisi parlamen maupun kabinet dalam perhatian kritis masyarakat.
Hal terpenting yang bisa kita ambil yaitu bagaimana kemudian pihak presiden memiliki sikap yang arif, tidak kemudian sibuk dan membelenggu seseorang dengan apa yang dilakukannya, terlebih masyarakat juga menunggu respon Presiden dalm kasus ini. kalo boleh saya usul semestinya ada juru bicara Kepresidenan yang bisa mengisyaratkan respon sang pemimpin tersebut agar publik pun tahu bahwa presidennya juga lagi "MIKIR" tentang apa yang dirasakan rakyatnya.
Keadilan untuk arsyad bukan lagi menanti putusan hakim, tapi menanti apa respon sang pemimpin. Keadilan subtansif tidak pernah berfungsi sebelum ada respon yang bijaksana dari presiden. Semoga ini menjadi pembelajaran bersama. kita sebagai rakyat juga semestinya harus bijaksana dalam berekspresi sekalipun itu untuk mengeluarkan ketidaksenangan kita terhadap siapapun termasuk Presiden kita, artinya kita punya norma dan hukum yang selalu menjaga keharmonisan kehidupan bermasyarakat. juga buat para pemimpin, baiknya ada sebuah kearifan sosial ketika berhadapan dengan probelm-probelm hukum yang telah terjadi, agar kemudian kita tidak terpisah karena jerat hukum yang selalu mengancam. semoga kita slalu dalam kedamaian