Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Kisah Mengharukan Sebelum Tsunami Terjadi

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419621929733347152

[caption id="attachment_386355" align="alignleft" width="784" caption="tsunami effect"][/caption]

Desa Lambada Lhok kecamatan Baitussalam Aceh Besar terkenal dengan daerah pesisir dan pesona alamnya yang indah karena sebelah utaranya berhadapan langsung dengan laut samudera yang luas. Sehari-harinya masyarakat bekerja sebagai nelayan tangkap ikan.

Begitu pulalah yang dilakukan oleh Hamdani dan 3 kawannya, pagi itu awal November 2004 tepatnya 24 Ramadhan 1425 H, menjelang lebaran mereka berangkat menuju laut lepas dengan menggunakan boat pancing ukuran 6 GT berharap bisa membawa pulang hasil tangkapan sekedar untuk mencukupi kebutuhan meugang dan uro raya (meugang=tradisi sakral di Aceh, uro raya=hari Raya) yang sudah di depan pintu.

Namun takdir berkata lain, keesokan harinya 25 ramadhan 1425 H boat mereka mengalami kerusakan parah di bagian mesin di sekitar daerah Gerutee (daerah Lamno Aceh Jaya). Berbagai macam usaha dilakukan untuk memperbaiki mesin dan berharap bantuan barangkali ada nelayan lain yang lewat bisa membantu mereka, namun usaha itu sia-sia. Sementara persediaan makanan pun mulai menipis karena bekal yang di bawa hanya cukup untuk bekal 4 hari.

Sejak saat itulah mereka menghabiskan hari-harinya terombang-ambing oleh ombak dan hanyut tak menentu arah selama berhari-berhari. Terpaksa mereka harus ekstra berhemat untuk menjaga persediaan.

Mereka hanya bisa pasrah, sementara di Gampong (desa) keluarga dan masyarakat pun mulai cemas setelah mereka seharusnya sudah kembali ke darat tapi belum ada tanda-tanda mereka akan kembali.

Masyarakat di bawah komando Kepala Desa dan Panglima Laot (pemuka adat bagian laut) waktu itu juga melakukan pencarian selama berhari-hari dengan melibatkan semua pihak dan juga menempuh jalur diplomasi melalui lembaga panglima laot lhok dan provinsi, namun belum ada hasilnya. Saat itu saya masih ingat tiap pulang dari shalat tarawih di mesjid, kami bersama keluarga yang ikut hanyut serta warga lainnya selalu menggelar do’a bersama di rumah nenek (Hamdani adalah adik ibu/paman saya).

Lebaran tiba, keluarga isteri dan anak yang ditinggalkan melewatkan lebaran tanpa kehadiran orang yang mereka sayangi, bayang-bayang kekhawatiran akan nasib mereka selalu menghantui pihak keluarga. Hanya do’a yang bisa diucapkan untuk keselamatan mereka.

Pada hari ke 25 mereka hanyut di bawa ombak, kondisi fisik mereka dan juga boat sudah sangat mengkhawatirkan, namun ada sebuah kapal besar yang namanya masih bisa dihafal betul oleh paman saya “SPIRIT OF ALPHA” sebuah kapal barang yang mau ke Amerika Serikat melintas di samping boat mereka. Mengetahui mereka adalah nelayan yang hanyut lalu awak kapal itu membantu 1 goni beras dan lauk lainnya sebelum kapal tersebut melanjutkan perjalanannya.

Dengan bekal itulah mereka bertahan hidup ditengah-tengah ombak besar di laut lepas yang menggulung, diperkirakan ombaknya mencapai sampai 7-9 meter. Dengan kondisi tubuh yang lemas dan fisik kapal yang sudah dipenuhi air dan terus menerus diterjang ombak tentunya hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan mereka.

Dengan kehendak yang maha kuasa dari jauh nampak sebuah boat kecil semakin lama semakin mendekat dengan mereka, rupanya boat itu milik nelayan Srilangka yang tengah melintasi di wilayah itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline