Lihat ke Halaman Asli

Lir-ilir, Tembang Sunan Kalijaga

Diperbarui: 4 April 2017   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sayup adzan maghrib berkumandang, bersahutan dari mushalla dan masjid di sekitar rumahku. Seperti biasa, seusai adzan, para jamaah di mushalla dan masjid itu menembangkan sholawat atau syair-syair dakwah lain. Dan salah satunya adalah Lir-ilir. Tembang ini merupakan tembang dakwah yang mengandung sarat makna filosofis. Dikenal luas merupakan hasil gubahan Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga seperti halnya Sunan-Sunan lain dalam Wali Songo, berdakwah dengan pendekatan yang sangat menghargai kearifan lokal. Gamelan dan Wayang dikenal merupakan beberapa alat dakwah beliau. Banyak gubahan hasil karya beliau, namun yang paling kita kenal mungkin adalah Lir-ilir ini. Ditembangkan dalam bahasa jawa, yang gaya bahasanya sekarang masih dapat ditemui dalam bahasa jawa pesantren tradisional.

Berikut ini adalah lirik Lir-ilir :

Lir-ilir, lir-ilir tandure wis sumilir

Tak ijo royo-royo, tak senggo temanten anyar

Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi

Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro

Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir

Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane

Yo surako… surak hiyo…

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline