Lihat ke Halaman Asli

Damai Cerah dan Keadilan Masih Kelam

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Letusan senjata masa pada lalu akan menjadi kenangan untuk generasi masa berikutnya, sebab pengalaman pahit tersebut jangan terulang lagi, cukup sudah mereka yang tidak berdosa jadi korban, semua itu tidak akan pernah bisa dilupakan oleh mereka yang ditinggal oleh orang yang tercintanya.

Iris hati janda dan isak tangis anak-anak korban tidak akan pernah berhenti, walau air mata mereka tidak lagi menetes keluar mengalir kepipi. Kesedihan itu tetap terpendam walau dunia ini terbalik arah. Perdamaian sudah 6 tahun terwujud di negeri ini.

Apakah damai itu hanya menghentikan perang saja atau damai tersebut solusi lain untuk mengujudkan masyarakat yang lebih adil. Nota perjanjian akan menjadi bahan bacaan semata agar masyarakat secara umum mengetahui bahwa negeri ini sudah damai karena ada catatan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

Terkadang dengan adanya catatan tersebut masyarakat bisa menjawab kegelisahan yang selama ini masih tersimpan dalam jiwa, kegelisahan itu bukan terhadap kondisi tetapi terhadap mereka yang sudah diambil kapan dikembalikan.

Bagi masyarakat korban selalu mempertanyakan tentang nasib orang yang diambil dimasa lalu, Pertanyaan itu tidak pernah menemukan jawaban, sampai kapanpun kami bertanya dan bertanya agar bisa memberikan sebuah kepastian dari kalian terhadap derita yang menimpa kami.

Entah kapan mereka bisa kembali, entah dimana rimbanya, tidak ada yang mampu memberikan jawaban, catatan damai itu sudah dibukukan untuk dijadikan bahan bacaan, apakah itu cukup untuk bahan bacaan saja, atau bisa digunakan untuk yang lain selain dibacaan.

Catatan itu tidak cukup untuk dibaca saja karena kami masih menunggu dan berharap mereka yang telah hilangkan bisa dikembalikan, untuk apa kita bicarakan kedamaian suasana, tetapi hati tetap merasakan kesepian dan kerinduan.

Berapa lama lagi kami harus menunggu, apakah kami harus mencari sendiri mengedor satu pintu dengan pintu yang lain atau harus menjelajahi riba huta itu agar kami bisa menemukan, namun, hanya tatapan kosong terlihat dari wajah anak-anak kami. Inilah kata-kata orang keluar dari perempuan tua itu.

Sungguh sangat kejam negeri ini, kenapa orang yang tidak salah jadi sasaran kekejaman, apa mereka tidak pernah berpikir bahwa ada tanggung jawab dari orang pada mereka yang telah hilang, akhirnya anak-anak kami tidak bisa menikmati pendidikan karena bapak tidak ada.

Tidak ada upaya lain yang harus kami lakukan selain menuntut pemerintah supaya bisa memberikan keadilan untuk kami, namun, keadilan itu tidak pernah kami dengar dari mulut mereka yang selama ini bergelut dalam kekuasaan.

Sangat ironis terkadang melihat sikap mereka, kalau kepentingan mereka tidak terpenuhi, tidak hari persoalan itu yang dibicarakan dimedia masa. Akan tetapi kalau persoalan korban tidak pernah menjadi sorotan dan bahan pembicaraan.

kami hanya bisa menatap kekosongan hari yang telah diisikan dengan simbol-simbol. Hanya saja simbol itu lambang kepentingan bukan lambang keadilan.Jadi, kami tidak harus merisaukan tentang pentingan itu sebab tidak akan menjawab derita kami.

Suara keluar dari mulut lelaki paruh baya melalui towa tua, jam sudah menunjukan sekira pukul 14:00 WIB, matahari sangat panas pada hari itu hanya saja hembusan angin sedikit memberikan kedinginan untuk mengeringkan keringat. Sesekali rasa emosi terlihat dari raut jawahnya. “kami disini tidak membutuhkan janji dari kalian tetapi kami membutuhkan kepastian terhadap mereka yang telah lama menghilang, kenapa mereka yang jadi korban kekejamannya dunia ini”.

Sampaikan kapan kami harus menunggu, tindakan apalagi harus kami lakukan supaya orang tua kami bisa kembali, jangan pernah mengatakan kalian sudah berusaha mencari karena selama ini kalian sibuk memperdebatkan kepentingan yang tidak memberikan solusi terhadap kami selaku korban kejahatan masa lalu.

Kami lelah dengan janji kalian yang tidak pernah pasti, sungguh sangat ironis negeriku ini, banyak orang mengagung-agungkan Negara ini Negara hukum, tetapi kenapa mereka yang tidak berdosa yang dihukum. Hanya bisa diam saja mendengar celoteh ini, kami sudah kalian anggap sebagai pengemis. Jangan pernah menganggap kami ini pengemis karena kami hanya meminta sikap kalian saja yang telah kami wakil dalam gedung itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline