Lihat ke Halaman Asli

Chailla Sabrina

mahasiswi di universitas islam negeri sumatera utara

Memperkuat Jaringan Solidaritas di Tengah Krisis

Diperbarui: 13 Desember 2024   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, seperti bencana alam, konflik, dan pandemi, peran organisasi kepalangmerahaan dalam menjaga dan meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan menjadi sangat krusial. Sejarah panjang organisasi ini menunjukkan dedikasi mereka dalam memberikan bantuan kemanusiaan tanpa memandang latar belakang, ras, atau agama. Dalam konteks ini, penting untuk mengeksplorasi bagaimana kepalangmerahaan berfungsi sebagai jembatan solidaritas yang menghubungkan individu, komunitas, dan negara dalam menghadapi krisis.

Menurut data dari International Federation of  Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), pada tahun 2022, sekitar 235 juta orang di seluruh dunia membutuhkan bantuan kemanusiaan. Ini adalah angka yang mencerminkan dampak dari perubahan iklim, ketidakadilan sosial, dan konflik yang berkepanjangan. Dalam situasi darurat ini, kepalangmerahaan berperan sebagai penyedia bantuan yang cepat dan efektif. Misalnya, dalam respons terhadap bencana alam di Indonesia, Palang Merah Indonesia (PMI) berhasil mendistribusikan bantuan kepada ribuan orang dalam waktu singkat, memberikan makanan, obat-obatan, dan perlindungan bagi mereka yang terdampak.

Namun, tantangan yang dihadapi oleh organisasi kepalangmerahaan tidak bisa dipandang sepele. Sumber daya yang terbatas, baik dari segi finansial maupun relawan, sering kali membatasi kapasitas mereka untuk merespons krisis dengan optimal. Laporan dari Global Humanitarian Overview menunjukkan bahwa kebutuhan bantuan kemanusiaan global tidak sebanding dengan dana yang tersedia, di mana hanya 55% dari kebutuhan yang dapat terpenuhi. Hal ini menciptakan kesenjangan yang signifikan antara jumlah orang yang membutuhkan dan kemampuan organisasi untuk memberikan bantuan.

Di samping itu, terdapat tantangan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana. Banyak komunitas yang belum sepenuhnya menyadari risiko yang mereka hadapi, sehingga menjadi rentan saat bencana terjadi. Program edukasi dan pelatihan yang dilakukan oleh kepalangmerahaan sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Di berbagai daerah, seperti di daerah rawan bencana di Jawa Barat, PMI telah melaksanakan pelatihan kesiapsiagaan bencana yang melibatkan masyarakat. Ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi juga membangun rasa tanggung jawab bersama dalam menghadapi potensi bencana.

Sebagai contoh nyata, selama pandemi COVID-19, kepalangmerahaan di berbagai negara beradaptasi dengan cepat untuk memberikan bantuan yang diperlukan. Mereka tidak hanya menyediakan kebutuhan dasar, tetapi juga melakukan edukasi tentang protokol kesehatan, serta mendukung tenaga medis yang berjuang di garda terdepan. Di Indonesia, PMI berperan aktif dalam kampanye vaksinasi, menjangkau daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh layanan kesehatan.

Namun, keberlanjutan upaya ini memerlukan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta harus bersatu untuk mendukung kepalangmerahaan. Investasi dalam kapasitas, pelatihan, dan sumber daya yang memadai sangat penting agar organisasi ini dapat berfungsi secara efektif dalam jangka panjang. Misalnya, kemitraan dengan perusahaan lokal dalam penyediaan alat dan logistik dapat meningkatkan efisiensi respons.

Di era globalisasi ini, solidaritas internasional juga menjadi semakin penting. Negara-negara harus saling mendukung dalam menghadapi krisis global, dengan memanfaatkan jaringan kepalangmerahaan yang sudah ada. Konferensi internasional dan forum kemanusiaan dapat menjadi platform untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam penanganan krisis.

Dalam kesimpulannya, kepalangmerahaan tidak hanya berfungsi sebagai penyedia bantuan, tetapi juga sebagai simbol solidaritas kemanusiaan yang mendalam. Di tengah krisis yang terus menerus mengancam kehidupan manusia, peran mereka menjadi semakin relevan. Melalui dukungan yang kuat dari masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, kita dapat memastikan bahwa jaringan solidaritas ini akan terus berfungsi, memberikan harapan bagi mereka yang paling membutuhkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline