Lihat ke Halaman Asli

Chailla Sabrina

mahasiswi di universitas islam negeri sumatera utara

Melacak Jejak: Tantangan dan Tren dalam Penggunaan Bahasa Indonesia

Diperbarui: 9 April 2024   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa dan manusia adalah satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan. Dalam setiap peradaban, Bahasa akan selalu hadir di tengah-tengah masyarakat. Hal ini bisa kita lihat melalui peran Bahasa yang bertindak sebagai media yang membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang hadir di dalam suatu kelompok masyarakat merupakan hasil interaksi antar sesama mereka. Begitupun dengan Bahasa Indonesia yang tercipta dan mengalami perkembangan yang signifikan sampai saat ini. Bahasa Indonesia sendiri merupakan Bahasa melayu yang ada di Indonesia sejak tahun 680 yang membuat Indonesia semakin kokoh. Di awali dengan Bahasa yang menyatukan antar suku, kemudian menjadi Bahasa negara yang berpuluh tahun berlangsung hingga di era modern serta mulai dikenal di belahan bumi lain.

Memasuki era digitalisasi dan modernisasi penggunaan teknologi semakin meningkat baik dikalangan remaja, dewasa dan orang tua. Tanpa kita sadari teknologi yang semakin canggih membawa perubahan dan dampak terhadap pengunaan Bahasa sehari-hari. Salah satu dampak negatif yang terjadi ialah banyaknya masyarakat yang tidak lagi berbicara dengan Bahasa baku, mereka lebih bangga menggunakan istilah-istilah asing dan gaul seperti saranghae, thanks dan lain sebagainya. Selain faktor perkembangan teknologi dan pengaruh asing terhadap Bahasa Indonesia, Letak geografis yang terbentang di wilayah Indonesia juga menjadi masalah dan tantangan dalam penggunaan Bahasa Indonesia. Seperti dialek dan gaya Bahasa masyarakat medan dan jakarta yang sangat berbeda dan tidak lagi menggunakan Bahasa baku serta kaidah kebahasaan yang seharusnya. Sebagai contoh kata "bagaimana" jika dituturkan oleh masyarakat medan menjadi "cemana/kekmana", sedangkan masyarakat Jakarta menuturkannya menjadi "gimana". Kedua kata ini memiliki maksud yang sama namun tidak menggunakan Bahasa baku yang seharusnya yaitu "bagaimana".

Tantangan dan tren tersebut bisa kita atasi dengan menggunakan beberapa strategi diantaranya memberikan pendidikan berbahasa Indonesia yang baik dan benar kepada seluruh masyarakat mulai dari jenjang SD, SMP, SMA hingga ke Perguruan Tinggi. Pendidikan tersebut dapat berperan penting dalam mempertahankan, menjaga keaslian dan keberlanjutan Bahasa Indonesia.  Kemudian membiasakan menggunakan gaya Bahasa baku bukan Bahasa keseharian. Serta mendalami struktur kalimat dan penggunaan kata Bahasa Indonesia sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar haruslah tetap kita jaga kelestarian dan keberlanjutannya di tengah tantangan dan tren yang melanda. Jika kita sebagai masyarakat Indonesia menganggap remeh hal tersebut maka tak menutup kemungkinan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa resmi bagi bangsa Indonesia akan punah dimakan oleh arus peradaban yang semakin berkembang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline