Lihat ke Halaman Asli

Sentra Doran Jati Bojonegoro Sejak 1980

Diperbarui: 30 Mei 2022   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Doran Jati, Sumber : Adobe Stock


Identitas Kabupaten Bojonegoro terkenal dengan kayu jati. Tak hanya menjadi furnitur, tapi juga dimanfaatkan untuk membuat doran atau tangkai cangkul. Bahkan, para perajinnya telah berkecimpung selama 42 tahun.

"Bunyi ketukan kapak terdengar konstan. Pengerjaannya masih manual. Tampak bapak berambut putih mengayunkan kapak perlahan. Membentuk gelondongan kayu jati berukuran sedang menjadi pola doran." ~ Cs

Sementara satunya mengoperasikan ketam, mesin penghalus kayu. Suaranya menggaung di tempat produksi yang bercampur dengan ternak sapi. Tempat sederhana berlantai tanah yang memuat tumpukan doran yang masih setengah jadi.

Tangkai-tangkai cangkul itu tertumpuk dengan rapi. Sutiono (39), pemuda asal Dusun Kedondong, Desa Panunggalan, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur ini menekuni pembuatan doran pacul dari kayu jati sekitar tahun 2005. Hanya saja, sesepuh di sana sudah sejak 1980.

Penjualan pun dilakukan bekerja sama dengan para tengkulak dan memanfaatkan media sosial Facebook . Perlahan, usaha doran asal Sugihwaras ini merambah ke digital. Sebab, jika tidak mengikuti zaman, usaha pun akan tertinggal.

"Untuk bahannya kami beli dari tetangga desa. Lalu baru kami buat doran jati," ujarnya.

Profesi Sutiono tak hanya sebagai perajin doran pacul. Ia kerap turun ke sawah. Hanya saja, para perajin yang juga berprofesi sebagai petani ini pun terimbas pandemi Covid. Sehingga penjualan produk sempat terguncang. Untuk itu, dia berharap kehadiran pemerintah di tengah-tengah mereka.

"Dalam sehari, saya paling banyak membuat doran jati 40 batang. Perajin doran pacul di tempat kami yang tersisa dan masih aktif produksi ada 15 KK karena faktor lanjut usia," ujarnya Senin (28/5/2022).

Pembelinya pun dari berbagai daerah di Jawa Timur. Di antaranya Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Ngawi, Lamongan, dan Gresik. Ketahanannya pun hingga 2 tahun. Harga grosir pasaran Rp6 ribu. Sementara jika ecer Rp10 ribu per doran jati.

Sutiono berharap agar usaha asal desanya terus berkembang dan mengharapkan dukungan dari pemdes hingga pemerintah kabupaten untuk membantu kendala utamanya terkait pemodalan. Sebab, menurut Sutiono, usaha doran jati terbilang musiman.

"Kalau petani mau nggarap sawah baru ramai pembeli. Kalau sudah itu sepi lagi. Entar masuk tanam, baru ramai lagi. Sehingga kami membutuhkan modal untuk bertahan dalam mencukupi kebutuhan kami. Semoga usaha kami diperhatikan dengan pemerintah," pungkasnya. [cs]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline