Lihat ke Halaman Asli

Fitri Chaeroni

Freelance Writer

Budaya Nusantara di Televisi Indonesia

Diperbarui: 19 September 2016   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Media dan budaya. Media butuh budaya sebagai salah satu konten pengisi, budaya butuh media untuk menjaga eksistensi. Lalu bagaimaba simbiosis keduanya saat ini?

Medium yang jadi bahasan kali ini adalah televisi. Televisi menjadi medium yang paling populer di masyarakat moderen ini. Setiap rumah hampir semua memiliki televisi. Semua orang gemar menonton tv.

Sistem Televisi Nasional

Lalu bagaimana televisi Indonesia masa kini memberi tempat untuk budaya bumi pertiwi? Sistem televisi saat ini boleh dibilang menyimpang. Tak ada dalil yang manghalalkan sebuah televisi dapat bersiaran secara nasional. Dalam aturannya sebuah televisi hanya boleh bersiaran di satu frekuensi, dalam satu daerah. Itu artinya televisi yang berdomisili di Jakarta hanya boleh bersiaran di lingkup DKI saja. Jika ingin memperluas ke provinsi lain, maka stasiun tersebut harus berafiliasi dengan televisi lokal atau membuka cabang di daerah. Kalau contoh idelanya kita bisa bercermin pada TYRI. TVRI memiliki pusat di Jakarta, dan cabang hampir di tiap provinsi.

Bagaimana dengan kondisi saat ini? Industri televisi hanya bergeliat di DKI. Televisi lokal berjuang di tengah berbagai keterbatasan, terutama pendanaan. Televisi Jakarta telah melanggar aturan. Sistem ini pula yang membuat budaya lokal tak banyak mendapat tempat di televisi.

Konten Budaya di Televisi “Nasional”

TV Jakarta yang bersiaran nasional mencekoki penontonnya dengan budaya ke-Jakartaan. Coba lihat berapa banyak program yang mengangkat kebudayaan tradisional? Kalaupun ada hanya tayang seminggu sekali. Belum lagi kini tengah marak impor konten dari negara luar. Seperti banyaknya drama India, Korea, dan Turki yang mengambil slot siaran di televisi “nasional”. Hal ini semakin membuat budaya lokal terpojok dan kehilangan tempat.

Bagaimana Seharusnya?

Pemerintah seyogyanya harus kembali menguatkan sistem televisi berjaringan seperti yang diamanatkan undang-undang. Dengan meratakan industri televisi di daerah, hal ini akan menggeliatkan konten lokal untuk mengambil peran. Televisi daerah haruslah mengedepankan kearifan lokal serta mengangkat budayanya ke permukaan. Dengan menggeliatkan televisi daerah, diharap pengiklan juga tak lagi hanya berkonsentrasi untuk memasang iklan di tv “nasional”, namun juga di televisi daerah. Iklan tak pelak menjadi hal yang penting bagi televisi menghidupi biaya operasional sehari-hari.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline