Wologai merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Detusoko, kabupaten Ende, provinsi Nusa Tenggara Timur. Rumah adat atau yang biasa disebut Sa'o Ria ini diperkirakan usianya sudah sekiat 800 tahun.
Arsitektur bangunan rumah adat berbentuk kerucut dan atapnya terbuat dari alang-alang atau ijuk yang maksimal harus diganti 3 tahun sekali.
Jumlah keseluruhan rumah adat di kampung Wologai adalah 18 rumah adat, 5 rumah suku dan sebuah rumah besar. Rumah suku dipakai sebagai tempat menyimpan benda pusaka sedangkan rumah besar dipakai sebagai tempat berlangsungnya ritual adat.
Masyarakat di desa ini masih mempertahankan bentuk kampong adat karena tunduk dan taat pada perintah leluhur yang berpesan untuk selalu menjaga tradisi yang telah dilakukan turun-temurun. Berikut beberapa cara agar warisan budaya desa adat Wologai tetap terjaga :
1.Perbaikan rumah adat setiap 3 tahun sekali
Perbaikan rumah adat Dize Wogo dilakukan per tiga tahun sekali. Dalam proses pengerjaannya mosalaki (tetua adat) melibatkan seluruh masyarakat dari kaum muda, orang tua dan kaum perempuan. Khusus untuk pengerjaan rumah adat ini hanya melibatkan laki-laki saja sedangkan kaum perempuan tetap dirumah untuk menyiapkan makanan.
Selama pengerjaan perbaikan rumah adat ini akan dibunyikan music gong lamba dan pada saat perjalanan mencari bahan ramuan untuk membangun rumah adat ini mereka tidak diperbolehkan untuk berpapasan dengan sesama manusia atau orang lain diluar dari orang ditentukan oleh took adat.
2.Menjalankan ritual adat Keti Uta dan Ta'u Ngga
Tubu Kanga berada ditengah-tengah area kampung adat yang hanya boleh dimasuki oleh tetua adat saat upacara adat. Ritual Keti Uta dilakukan setelah panen padi, jagung dan tanaman lainnya yang dilakukan pada bulan April. Ritual Ta'u Ngga yaitu tumbuk padi yang dilakukan pada bulan September. Dalam ritual adat ini masyarakat wologai tidak boleh melakukan aktivtas apapun.
3.Memperagakan tari Gawi