Lihat ke Halaman Asli

Antara Gurun Pasir dan Gurun Mars

Diperbarui: 11 Februari 2016   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin malam saya menonton sebuah film yang sangat keren yang bertema sci-fi judulnya The Martian (bisa di-download di: https://kat.cr/the-martian-2015-hdrip-xvid-etrg-t11796210.html). Film ini bercerita tentang fenomena yang ngetrend saat ini di kalangan para ilmuan di barat sana. Yakni bagaimana bisa membuat koloni di planet Mars. Sinopsis film ini bisa saudara baca sendiri di wikipedia (https://en.wikipedia.org/wiki/The_Martian_(film)#Plot). Nanti saya akan bahasakan sedikit di paragraf berikutnya.

Maaf, saya bukan Kemal Attaturk yang westernis. Bagi saya orang Jawa dan Orang Barat Kaukasia sama saja, sama-sama manusia yang punya selera dan preferensi hidup. Juga punya sisi jahat dan sisi buruk masing-masing. Kalo di Amerika ada Klu Klux Klan dan Yahudi Ultras, maka di Jawa ini ada FPI. Gerak-geriknya sama-sama meresahkan. Tapi saya tidak mau membuang buang konsentrasi saya di situ, apa yang saya bahasa dalam tulisan ini adalah soal common sense.

Jadi mengapa saya memilih untuk tidak beragama ketimbang beragama bukan karena tidak beragama itu adalah hal yang keren dan menjadi budaya di mana-mana. Saya kemarin pernah menonton sebuah film komedi yang bersetting di Belanda, di mana orang Belanda itu saking tidak beragamanya mereka buang air besar itu sudah di jalanan umum. Bahkan kalo pembaca buka situs Alohatube (maaf ini situs porno, jadi saya tidak perlu berikan link nya, nanti saya kena pasal pornografi), dan kemudian mengetikkan keyword “Belanda” pembaca akan dapati bahwa tayangan pornografi buatan orang Belanda itu jauh lebih jorok dibandingkan orang manapun dari seluruh dunia. Di Belanda orang ML itu sudah bukan di bilik-bilik rumah bordir atau panti pijat, akan tetapi sudah di jalan-jalan Boulevard di sela-sela gedung bertingkat di mana banyak orang lalu-lalang ke sana kemari. Dan apa yang orang-orang tersebut lakukan ketika melihat ada orang ML di pinggir jalan itu ada dua macam: pertama mereka hanya menonton saja, atau mereka cuma cuek dan pergi begitu saja. Ternyata itu disebabkan karena mereka semua sudah tidak beragama.

Memang kacau bro, tapi itu masih mending kalo dibandingkan kita tinggal di Afganistan di mana nonton TV saja bakal dipenjara selama 20 tahun. Kumpul ama pacar bisa dirajam sampai mati, dicongkel mata, dll. Padahal manusia itu kan Homo Ludens: makhluk yang punya kecenderungan besar untuk bersenang-senang dan berbuat maksiat. Sementara FPI sudah memfatwakan bahwa tujuan manusia itu ada di dunia agar beribadah entah kepada siapa? Padahal itu semua kan tergantung preferensi masing-masing, siapa juga sih yang mau ML di tempat umum, apa ga risih diliatin orang-orang?

Teman saya yang dari Cina (maaf bukan Tiongkok, Tiongkok secara defenisi itu mengacu pada daerah pesisir timur dataran Cina) pernah berkata, “hidup ini sederhana, kalo Anda malas dan orang lain juga malas, Anda aman. Akan tetapi kalo Anda malas, sementara orang lain rajin, maka Anda akan dijajah. Biar amannya Anda juga harus ikut-ikutan rajin.”

Jadi yang membuat Bangsa Indonesia ini ketinggalan dan selalu jadi pengekor di segala bidang bukan karena apa, tetapi secara intrinsik rumusan perundang-undangan di Indonesia ini mau tidak mau secara perlahan tapi pasti akan menggiring Bangsa Indonesia ini pada kemunduran dan keterbelakangan. Contoh, berbeda dengan profesor-profesor di barat sana yang tidak pernah puas dengan hasil apapun yang mereka capai. Di Indonesia profesor-profesor nya----tidak kenal bidang apapun yang mereka geluti-----selalu hanya mengejar jenjang karir. Mereka riset bukan karena panggilan batin, akan tetapi mereka riset demi mengejar dana hibah. Pikir mereka tujuan kita di dunia ini hanya buat beribadah: zikir, zikir, dan zikir. Dan ini diperkuat oleh sebuah pepatah, semua perbuatan manusia itu sia-sia kecuali memanah, menunggang kuda, dan mencumbui istri.

Jadi hal-hal inilah yang tertanam dalam mindset manusia-manusia Indonesia yang mengakibatkan manusia-manusia Indonesia itu selalu mengekor. Tidak pernah ada inovasi yang datang dari manusia Indonesia. Manusia Indonesia baru sadar kalo sesuatu itu penting saat dilihatnya orang sudah duluan membuatnya. Selebihnya mereka hanya menunggu dan menunggu orang lain melakukan inovasi. Karena itu tadi, tujuan kita diciptakan adalah zikir, zikir, zikir, dan zikir. Ketika Steve Jobs bilang: “jangan jual apa yang orang cari, tapi buatlah orang mencari apa yang Anda jual”, manusia Indonesia masih zikir, zikir, dan zikir, menunggu dan menunggu. Karena pedoman hidup kita mengharuskan seperti itu. Alon alon asal kelakon, makan ora maka yang penting kumpul, dan lain-lain petuah.

Jadi The Martian ini bercerita tentang sekelompok ilmuan yang sedang mengadakan riset di planet Mars. Tiba-tiba ketika riset diadakan, datang sebuah badai besar (yang mengandung kerikil dan batu batu kasar) yang membuat pimpinan rombongan ini panik dan memutuskan untuk kembali ke bumi dan meluncurkan wahananya. Ketika mereka semua sudah akan masuk ke wahana, salah satu ilmuan terkena bagian wahana yang terlempar akibat tertiup badai. Sang Ilmuan tersebut kemudian terlempar entah ke mana jauh dari jangkauan rekan-rekannya yang lain. Sang pimpinan memutuskan untuk tetap take-off tanpa mencari dulu sang ilmuan tersebut. Karena mereka pikir dia sudah mati----mendingan satu yang mati, ketimbang mereka semua yang mati. Jadi mereka kembali ke bumi.

Ternyata si Ilmuan tadi masih hidup. Dan ini disadari oleh rekan-rekannya yang lain yang sudah kembali ke bumi dengan mengamati citra satelit yang mengorbit Mars. Lokasi yang tadinya diisi oleh tubuh si ilmuan menjadi kosong menandakan si ilmuan nya sudah berpindah dari situ. Akhirnya kemudian si Ilmuan tadi berhasil menghubungi kawan-kawannya yang di bumi untuk meminta bantuan.

Singkat cerita film ini mengisahkan bagaimana si Ilmuan tadi bertahan hidup di Mars dengan stok logistik yang tersisa mengingat misi ke Mars berikutnya masih menunggu beberapa bulan lagi. Dia mencoba bercocok tanam dengan bahan-bahan yang ada di planet di mana Atmosfir tidak ada. Dia melakukan diet ketat: memakan 1 biji kentang dalam 4 hari agar bisa tetap hidup hingga datang misi yang menjemputnya.

Apa yang ingin disampaikan oleh si produsernya adalah menggambarkan bagaimana kerasnya ikhtiar agar bisa survive di lingkungan Mars yang begitu ekstrim. Dan ini yang sedang dipikirkan oleh ilmuan saat ini. https://en.wikipedia.org/wiki/Colonization_of_Mars

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline