Lihat ke Halaman Asli

Bisakah Ilmuan Menciptakan Seekor Lalat?

Diperbarui: 5 Februari 2016   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah buku yang saya baca beberapa tahun yang lalu yang ditulis oleh Carl Sagan – judulnya cosmos. Dan kebetulan saya baca kembali baru-baru ini. Dalam buku tersebut diberikan sebuah pencerahan mengenai gambaran besar tentang apa yang terjadi di alam ini. Apa yang membentuk realita? Apa itu kesadaran? Apa itu free-will? Dan berbagai hal lainnya. Tapi saya ga bisa menceritakan lebih jauh tentang isi buku itu, kalo pembaca tertarik silakan download di situs ini: http://bookzz.org/md5/494AF965C8F206D07ACECFA10AD213C0. Dalam chapter 1 buku tersebut pembaca akan mendapatkan gambaran tentang jawaban pertanyaan di judul tulisan ini: bisakah ilmuan menciptakan seekor lalat?

Saya bukan menggurui, tapi saya ingin memberi tips kepada pembaca. Bahwa kalo membaca sebuah buku itu mestinya diselami apa yang dimaksud oleh kalimat yang dipaparkan oleh pengarangnya. Kosongkan prinsip Anda. Bacalah dengan apa adanya. Jangan “berprinsip” kalo lagi membaca buku. Anggap aja Anda lagi kosong dan Anda diajari oleh si pengarang buku. Setelah Anda pahami apa yang diajarkan barulah Anda mempertanyakan relevansi ajaran buku itu dengan pedoman hidup Anda. Kemudian Anda jangan sekedar menghapal kalimatnya, tapi pahami maksudnya: bayangkan contoh penerapan kalimat tersebut berdasarkan pengalaman Anda sehari-hari.

Soal bisakah seorang ilmuan menciptakan seekor lalat, ya siapa yang tahu? Tapi Anda jangan terpengaruh dengan jargon yang dipaparkan oleh seorang raper. Raper itu ga suka baca, jadi wawasannya sangat dangkal. Jadi amat menyedihkan kalo Anda yang seorang S2 mesti diajarin oleh seorang raper tentang pedoman hidup. Anda kan lebih tahu bagaimana kenyataan ini bekerja? Soal penciptaan lalat ini ga sesederhana yang orang-orang bayangkan. Lalat itu punya mata. Dan mata lalat itu cukup kompleks. Ada binatang yang matanya cukup sederhana: sesederhana kamera jadul (pinhole camera). Namanya nautilus. Anda baca di sini penjelasannya: http://www.d.umn.edu/~olse0176/Evolution/pinhole.html.

Dari situ kisa tahu bahwa mata (organ yang mengindera cahaya) itu berevolusi. Mata ular ga bisa mendeteksi cahaya tampak tapi hanya cahaya infra merah. Bahkan ada hewan yang ga punya mata, namanya kelelawar. Jadi mata bukan lah segalanya untuk melihat. Bagi yang pernah merasakan sakit gigi pasti akan bertanya pada Tuhan, kenapa organ yang tujuannya hanya untuk menghancurkan makanan kok dibekali sebuah saraf? Kenapa ga disamakan aja dengan kuku yang ga punya saraf sama sekali. Kenapa harus ada gigi geraham bungsu, kenapa ada usus buntu (ada yang pernah operasi usus buntu?) dan lain-lain.

Seekor lalat itu merupakan produk evolusi jutaan tahun. Sementara robot yang diciptakan untuk melakukan asembli mobil merupakan hasil karya baru-baru ini, ketika manusia mulai mengenal sains dan teknologi. Soal apakah kedepannya ilmuan bisa menciptakan makhluk hidup, ya harus kita tunggu dulu. Karena adalah bodoh kalo Anda mencoba menyamakan produk kerja sistem jutaan tahun bahkan miliar tahun dengan produk kerja sistem (manusia) yang baru 50 tahun.

Ingat teknologi tentang robot adalah hal yang baru. Mungkin kedepannya, ribuan atau mungkin jutaan tahun dari sekarang akan tercipta artificial life-form. Makhluk hidup yang murni diciptakan oleh makhluk hidup lainnya dengan menggunakan bahan mentah yang tersedia di alam. Selama ini kan kita menciptakan makhluk hidup baru (yang ga dimasukkan di bahtera Nuh) itu dengan menggunakan existing makhluk hidup sebagai bahan (contohnya kambing doly itu diciptakan dari kambing yang ada).

Nanti suatu saat, manusia (atau makhluk hidup lainnya) akan menciptakan life-form seperti halnya bagaimana dia merakit robot atau drone yakni dengan mencampur-campurkan bahan mentah di alam? Memang DNA itu cukup kompleks, tapi pernah ga Anda terpikirkan kalo sebuah flash disc yang bisa menyimpan memori sampai 16 giga, dulunya (tepatnya 30 tahun yang lalu) adalah sebuah ruangan besar yang berisi ribuan tabung-tabung transistor?

Intinya jangan pesimis dulu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline