Cangkir Coklat, Teh, dan Cappuccino Mereka bertiga memiliki cita rasa khas yang unik. Mereka mempunyai fans mereka masing – masing. Mereka selalu bersama – sama di atas kata Drinks tapi mereka dipisahkan dalam kategori yang berbeda – beda untuk memudahkan fans mereka memilih karena terkadang mereka memiliki fans yang cukup fanatik untuk setiap jenisnya. [caption id="attachment_167701" align="alignnone" width="300" caption="Kami selalu bersama (Coklat,Teh,Cappuccino)"][/caption] Cangkir Coklat ... [caption id="attachment_167702" align="alignnone" width="300" caption="Secangkir Coklat"]
[/caption] Warnanya coklat seperti dirimu, bau mu pun sama seperti namamu. Kadang pahit terasa di pangkal lidah namun berangsur menjadi manis di ujung lidah. Itulah dirimu ... dalam kepahitan kau selalu menemukan sesuatu yang manis, yang bisa dikenang. Tidak perlu secangkir coklat, cukup dengan sebatang coklat kau dapat membuat wajah sendu berubah ceria. Walaupun terkadang banyak orang menghindarimu karena takut jadi gendut dan jelek ... kau masih dicari orang, kau masih diinginkan orang – orang. Tak usah kau peduli dengan orang – orang yang menghindarimu. Hari Valentine tinggal hitungan hari, aku yakin kamu semakin dicari. Kau tidak hanya membuat orang menjadi tersenyum bahagia, kau semacam pil antidepresi, kau adalah lambang cinta. Bunga, permen, balon, boneka ... mereka tidak sepadan jika dibandingkan kau. Bukan Hari Valentine namanya jika kau tidak ada. Cangkir Teh ... [caption id="attachment_167703" align="alignnone" width="300" caption="Secangkir Teh"]
[/caption] Warnamu yang beragam, rasamu yang bervariasi, aromamu yang rupa – rupa. Kau adalah legenda, kau adalah sejarah yang masih ada dan tetap ada. Orang Inggris selalu meluangkan waktunya untuk Tea Time, sekedar minum teh dengan seperangkat kelengkapannya, memakai baju khusus, ditemani cookies lalu bertukar cerita. Orang Jepang mempunyai ritual khusus, ada upacara minum teh yang sakral untuk menyambut tami terhormat. Orang yang membuat ramuan teh ini bukanlah sembarangan orang. Kau adalah tradisi di tengah hidup yang serba teknologi ini. Sifatmu yang santai dan menjalani hidup tanpa beban membuat orang ingin mencarimu. Kau adalah penenang di hari yang sibuk. Cangkir Cappuccino ... [caption id="attachment_167705" align="alignnone" width="300" caption="Secangkir Cappuccino"]
[/caption] Warna coklatmu selalu tertutupi dengan buih – buih putih. Terkadang dalam buih putih itu ada aneka gambar yang menghiasi dirimu. Menikmati dirimu tidak semudah menikmati cangkir coklat dan teh. Begitu indah melihatmu, awalnya hambar karena buihmu lalu akhirnya pahit kopi dan manis susu bercampur menyatu di lidahmu. Cita rasa yang khas. Penampilanmu yang senorok dengan buih – buih itu namun ada kelembutan di dalamnya. Itulah dirimu ... selalu lain apa yang terlihat dan apa yang terasa. Orang – orang tidak akan mengerti arti kelembutanmu hanya dengan memandangimu, mereka harus mencium aromamu, mereka harus merasakan lembutnya dirimu. kau yang selalu mandiri dan bekerja keras tidak perlu usah – usah menawarkan diri karena mereka akan mencarimu untuk hari yang berat di pagi hari atau sekedar bersantai di sore hari. Iyah, itulah mereka ... dengan ciri khas mereka masing – masing. Di mejaku kini ada tiga cangkir berisi coklat, teh, dan cappuccino. Mana yang akan kau pilih?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H