Lihat ke Halaman Asli

Maaf, Aku Pergi Sekarang

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

To : You
Saat kau baca ini mungkin sudah jam makan siang. Kopi dan roti di meja samping tempat tidur pasti sudah dingin kan. Coba kau cek sekarang apakah ada semutnya? Kamu kan biasanya suka langsung minum apa yang ada di meja, padahal itu kopi kemarin.
Maaf yah aku pergi tanpa pamit, tapi aku membuatkan sarapan untukmu dulu walaupun tampak percuma dan surat ini untuk kau baca.

Aku tahu, kau pasti masih pusing, sakit kepala kan? Tadi malam, eh subuh kau pulang dengan keadaan mabuk berat seperti biasa. Kau muntah di atas karpet yang aku belikan khusus untuk mempercantik kamarmu. Tidak! Tidak masalah buatku. Aku bisa mencucinya atau ke laundry. Tapi, sejujurnya aku sudah bosan menunggumu semalaman sendiri di kamar 4 x 6 m ini dan selalu mendapatimu dengan keadaan mabuk. Kau tidak pernah sadar beberapa kali kau membentak dan memakiku. Aku mengerti, kau sedang mabuk. Aku mengerti, itu bukan dirimu yang sebenarnya. Itu pengaruh alkohol.
Aku mengerti bagaimana sakit hatimu karena di pecat bosmu dengan alasan yang tidak jelas. Aku juga mengerti bagaimana perih hatimu saat istrimu yang kau sayangi menceraikanmu lalu pacaran dengan bosmu. Kau mulai mencari hiburan mengobati sakitmu dengan mabuk – mabukan sampai akhirnya kita bertemu. Aku tidak bermimpi menggantikan posisi sebagai istrimu, tidak. Aku hanya ingin membantumu keluar dari masa lalu itu dan mulai meniti masa depanmu, masa depanmu, bukan masa depan kita!
Aku terimakan kondisimu yang seperti apa adanya saat ini. Apakah kau dengar aku mengeluh atau marah mendapatimu mabuk selama ini?
Hampir tiga bulan kita tinggal bersama di kamar ini, setiap malam sendiri menunggu kepulanganmu, dan kelakukanmu pun tidak berubah. Tidak apa – apa, aku menyakinkan diriku sendiri karena percaya padamu bahwa akan tiba saatnya kau berubah. Semakin lama bukannya semakin baik tapi semakin parah.
Seperti yang selalu aku bilang, aku terimakan kondisimu yang suka mabuk, yang mengeluarkan kata – kata kasar. Bahkan manusia yang paling hina sekali pun tidak sanggup mendengarnya.
Tapi ....
Tapi, tadi malam kau tiba – tiba menyerangku. Kau memukuliku tanpa henti, tanpa sebab. Jika saja kau tidak muntah di atas karpet yang aku belikan untuk memperindah kamarmu, aku mungkin saja sudah ......
Akh, sudahlah lagipula kau tidak sadar melalukakan hal itu, iya kan? Kau kan sedang mabuk!
Jadi, maaf aku pergi sekarang. Jangan menungguku yah, mungkin aku tidak akan kembali ke kamar ini.
Coba kau cek apakah di kopinya ada semut juga rotinya yah?
From : Me

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline