Setiap pasangan yang menikah tentunya memiliki harapan untuk hidup bahagia bersama pasangannya sampai maut memisahkan. Namun, kini perceraian bukan lagi menjadi hal yang tabu. Bahkan angkanya meningkat setiap tahun diberbagai negara tidak hanya di Indonesia saja. Peningkatan angka tersebut tentunya menimbulkan tanya. Mengapa banyak pasangan bercerai di usia muda?. Bahkan dalam usia pernikahan yang masih dalam hitungan bulan.
Daya juang mempertahankan hubungan pada generasi muda cukup rendah. Sebagian besar dari mereka yang memilih bercerai bukan karena sudah tidak cinta. Namun, mereka menganggap permasalahan yang mereka miliki tidak kunjung menemukan titik solusi. Generasi muda terlahir dengan kondisi lingkungan dan segala sarana prasarana yang mendukung.
Belum lagi ditambah kemajuan teknologi yang memudahkan segala urusan sehingga membuat hidup mereka serba instan. Hal tersebut menjadi pemicu lemahnya mereka ketika menemukan hambatan, tantangan dan berbagai perbedaan dalam rumah tangganya.
Banyak pasangan yang ketika menemukan konflik memilih untuk menyerah dan berpisah. Perubahan karakter selama mereka berpacaran dan kemudian setelah resmi menjadi pasangan yang sah cukup mengalami perbedaan yang signifikan. Tentunya selama pacarana satu sama lain saling menyembunyikan sisi buruknya. Baik itu disadari atau bahkan tanpa disadari.
Misalnya saja perempuan yang selama berpacaran selalu berpenampilah rapih namun ketika sudah berada dalam atap yang sama kemudian menghabiskan waktu setiap harinya bersama akan nampak sisi kumel, lusuh atau mungkin berantakan. Sedangkan dari sisi laki-laki ketika masih berstatus pacar mereka akan mengerahkan seluruh perhatiannya kepada perempuannya.
Namun setelah berstatus suami dia sudah merasa berada di level aman dan lebih membiarkan istrinya menjadi mandiri yang lambat laun satu sama lain saling tidak pengertian dan menimbulkan bibit-bibit perdebatan.
Berikut ini adalah alasa atau faktor yang sudah menjadi rahasia umum penyebab dari perceraian pada pasangan-pasangan muda, yaitu diantaranya:
- Tuntutan Publik
Yang di maksud dengan tuntutan publik disini adalah banyak anak-anak muda yang terlalu terburu-buru menikah hanya kerana kerap kali ditodong pertanyaan "kapan menikah?" dari orang-orang disekitarnya. Mereka lantas ingin menunjukkan kepada publik bahwa mereka mampu dan siap untuk menikah. Namun, tanpa memikirkan dan mempersiapkan ilmu juga mental. Sehingga mereka merasa tertampar mentalnya ketika menemukan permasalahan dalam berumah tangga. Itu semua karena diawali dengan keter gesa-gesaan.
- Permasalahan Ekonomi
Permasalahan ekonomi ini menjadi peneyebab utama dalam perceraian. Pengadilan Agama sempat mengeluarkan pernyataan bahwa keadaan ekonomi menjadi faktor utama gugatan perceraian. Gaya hidup anak-anak muda yang hedonis menuntut pasangan untuk tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari tapi juga harus mampu mengejar setiap kemajuan zaman agar tetap dikatakan kekinian.
- Sifat Egoisan yang Tinggi
Generasi muda saat ini sama-sama memiliki karakter dan kepribadian yang kuat sehingga tidak ada yang mau mengalah. Maka ketika timbul permasalahan dalam rumah tangganya mereka memilih sama-sama diam dan terus menghindar. Sehingga bukan permasalahan yang terselesaikan. Namun, malah memudarkan kehangatan dan kebersamaan. Tanpa disadari satu sama lain saling menjauh dan sibuk dengan dunianya masing-masing.
Dari ketiga hal diatas tentunya masih banyak faktor lainnya yang menjadi penyebab perceraian pada pasangan muda. Sejatinya perceraian adalah sesuatu yang menjadi ketakutan bagi setiap orang. Semua pernikahan tentunya memiliki tujuan yang suci namun, tidak semua pasangan mampu mewujudkan tujuan tersebut dan kalah dengan sebuah perpisahan.