Lihat ke Halaman Asli

ATIKAH

GURU

Kearifan Lokal Kampung Adat Urug

Diperbarui: 2 Februari 2023   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc.Pribadi

Kampung Adat Urug adalah sebuah kampung budaya yang terletak di Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. Kampung ini  sarat dengan kearifan lokal  dan  memiliki kekayaan warisan budaya. Pesona kampung adat urug mengajak kita untuk bernostalgia kepada suasana kehidupan masyarakat zaman kerajaan. Kampung urug merupakan peninggalan peradaban masa silam yang hingga kini nilai kearifannya  masih terjaga. Abah Ukat Raja Aya sebagai ketua adat mengatakan bahwa cerita asal usul kampung Adat Urug ini selalu disampaikan setiap tahun pada acara seren tahun. Hal tersebut bertujuan agar cerita dan sejarah berdirinya kampung Adat Urug dapat tersampaikan hingga lintas generasi.

Masyarakat yang  tinggal dikampung tersebut satu dengan yang lainya merupakan saudara, dalam istilah sunda hubungan ini disebut Tatali Kahuripan. Berbicara tentang kearifan Kampung Adat Urug, kata Urug sendiri merupakan asalmula dari kata "Guru", yakni dengan mengubah cara membaca yang umumnya dari kiri kekanan tetapi kata urug dibaca dari kanan kekiri sehingga menjadi "Guru" . Secara  etimologi rakyat atau kirata basa adalah akronim dari digugu ditiru. Jadi seorang guru haruslah "digugu dan "ditiru", artinya dipatuhi dan diteladani segala pengajaran dan petuahnya.

Dalam komplek rumah adat di kampung tersebut terdapat 3 gedung. Yaitu:  Gedung Agung (Gedong Ageung), Gedung Atas (Gedong Luhur) dan Gedung kecil (Gedong Alit).

Image.Doc.Pribadi/Gedung Agung

GEDUNG AGUNG

Gedung Agung atau masyarakat kampung urug menyebutnya dengan sebutan Gedong Ageung. Merupakan tempat musyawarah dan juga balai pertemuan warga ketika ada permasalahan yang berhubungan dengan adat, masalah sosial dan masalah pangan. Selain itu gedung agung juga kerap kali menjadi tempat penerimaan dan penginapan tamu yang datang ke kampung Adat Urug.

Ciri serta bentuk bangunan Gedung Agung memiliki makna tersendiri. Ciri khas dari warna catnya yaitu  warna hijau yang memiliki arti kemajuan, dan kuning mengandung arti perhatian. Dari kedua makna warna tersebut dalam kehidupan masa kini dapat kita ibaratkan dengan lampu lalu lintas yakni hijau maju atau jalan serta kuning perhatian/hati-hati. Lampu lalu lintas berperan utuk mengendalikan arus lalu lintas, serta laju kendaraan kapan ia harus berjalan, berhenti dan bergantian. Begitu pula dengan warna cat yang digunakan tentang bagaimana kita mengendalikan kehidupan.

Atap rumah adat terbuat dari rumbia yang setiap tahunnya diganti. Daun rumbia adalah daun yang berasal dari tanaman sagu yang memiliki daun yang menyerupai daun kelapa. Dan itu digunakan sebagai atap selain karena alasan kesehatan tapi juga mudah didapat. Dalam pembuatan atap rumbia kita tidak membutuhkan banyak alat, kita hanya butuh bambu untuk tali dan penjepit. Atap rumbia lebih mudah mengalirkan udara kedalam sehingga pada musim kemaraupun tidak terasa panas. Sedangkan, dinding dan lantai bangunan rumah adat terbuat dari papan dan terali ukiran.

Penggunaan atap rumbia memberikan kesan tradisional pada rumah adat. Atap rumbia memang sudah jarang digunkan dirumah-rumah. Namun akhir-akhir ini banyak pengusaha yang mulai melirik atap rumbia untuk digunakan dirumah-rumah makan. Selain memberikan kesan unik pada bangunan tersebut juga memberikan suasana yang sejuk dan tenang. Maka dari itu untuk diperkotaan atap rumbia justru memiliki nilai yang ekonomis. Sayang sekali bukan jika di pedesaan yang masih memiliki sumber daya alam yang melimpah termasuk pohon sagu sebagai penghasil rumbia. Malah kurang dimanfaatkan dengan baik.

 

Image Doc.Pribadi/Gedung Atas(Gedung Paniisan)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline