Lihat ke Halaman Asli

Christian Evan Chandra

TERVERIFIKASI

Narablog

E-Wallet Tak Hanya Buat Khawatir Menkeu, Kualitas Pangan Nasional Juga

Diperbarui: 15 Februari 2019   18:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Semakin dekat menjelang Pilpres, berbagai masalah naik ke permukaan dan menjadi ajang kedua petarung untuk mengampanyekan diri, termasuk juga harga kebutuhan dan makanan yang semakin hari semakin mahal. 

Misalnya saja, beberapa waktu lalu kita mendengar kalimat dari salah satu cawapres yaitu "tempe setipis kartu ATM". Harga semakin mahal, porsi semakin sedikit, itulah kondisi yang digambarkan oleh frasa tersebut. 

Belum selesai memikirkan masalah pangan yang menjadi salah satu topik bahasan di debat kedua mendatang, pernyataan berikutnya datang dari Menteri Keuangan kita, Ibu Sri Mulyani Indrawati, yang mengkhawatirkan adanya praktik transfer pricing dan pengemplangan pajak akibat semakin mendominasinya penggunaan e-wallet sebagai metode pembayaran di masyarakat. 

Akan tetapi, sebelum membicarakan terlalu dalam dengan konteks yang ribet dan istilah yang mengundang gelak tawa, lebih baik kita turun ke masyarakat dan melihat masalah lain yang justru lebih simpel untuk dipikirkan tetapi seringkali diabaikan, yaitu efek e-wallet terhadap kualitas konsumsi pangan bangsa kita.

Kedatangan e-wallet sebagai solusi makan enak di tengah mahalnya harga
Di tengah kepusingan mengatur keuangan sehingga tetap bisa makan banyak, enak, dan sehat, datang berbagai pahlawan bernama "e-wallet" yang menawarkan pembayaran cashless lengkap dengan diskon atau cashback. 

Berbekal sebuah smartphone dan nomor HP untuk mendaftarkan diri, selamat datang di era makanan enak. Satu per satu promosi diberikan, sebut saja GO-PAY yang di musim liburan akhir tahun kemarin menawarkan cashback sebesar 50% bertajuk "payday", OVO dengan cashback 60% di setiap akhir bulan untuk pelanggan yang dine-in atau take away dan diskon dengan nominal tertentu untuk pembelian melalui GrabFood, sampai sekarang dilanjutkan lagi oleh DANA dengan cashback 50% hingga akhir Maret 2019. 

Jika awalnya tetap saja pelanggan harus mengeluarkan uang, sekarang bisa jadi mereka benar-benar makan gratis karena hadir pahlawan berikutnya bernama "BBM Group War", sebuah permainan untuk mengasah pengetahuan umum dan berhadiah sejumlah saldo DANA setiap harinya.

Angin surga bagi para pengusaha kuliner
Merchant mana yang menolak untuk bergabung. Dengan pemotongan untuk komisi yang tergolong kecil paling banyak 1.5% atau bahkan bisa jadi dibayar utuh, mereka tak perlu lagi pusing dengan urusan yang bernama uang kembalian dan pelanggan pun ramai berdatangan untuk membeli dengan biaya hampir nol untuk mengadakan promosi karena semuanya ditanggung pengelola e-wallet.

Melihat perilaku konsumen dan dampaknya terhadap dunia pangan

Tak ada pelanggan yang tak bahagia, di tengah harga makanan yang semakin mahal ada solusi untuk tetap bisa makan enak tanpa harus sakit kepala di kemudian hari. Ada tiga kelompok pelanggan dengan sikap berbeda-beda dalam memanfaatkan angin surga ini, mulai dari bersikap "bijaksana", memiliki akal yang "pintar", sampai justru menambah pengeluaran akibat mental aji mumpung.

Terlihat bijaksana, tetapi ada yang tak disadari
Bagi para pelanggan yang "bijaksana", kehadiran cashback dari para pengelola e-wallet ini sangatlah menguntungkan karena mereka bisa mendapatkan barang yang dibutuhkan, bahkan mungkin lebih banyak dan lebih baik dari itu, dengan mengeluarkan uang yang sama atau lebih sedikit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline