Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang pesat dengan kehadiran berbagai jenis perangkat baru dan keunggulan yang dimilikinya. Konten menyebar dalam waktu singkat ke banyak penerima di berbagai lokasi, bisa dalam bentuk audio, visual, atau keduanya. Masyarakat Indonesia telah akrab dengan semua ini dan banyak di antaranya senantiasa terhubung setiap waktu.
Di sisi lain, Indonesia adalah negara dengan berbagai jenis bencana baik berupa bencana alam maupun bencana sosial yang mungkin terjadi di sini.
- Dengan tingginya curah hujan di musim hujan, banjir menjadi salah satu bencana yang menyasar paling banyak wilayah. Setiap musimnya tiba, masyarakat khususnya yang tinggal di tepi sungai berjaga-jaga. Bagi yang beraktivitas dengan membawa kendaraan, tak jarang mereka menyimpan pakaian, makanan ringan, dan minuman sehingga ketika terjebak di jalan, mereka bisa masuk ke penginapan dan siap dengan logistik yang mereka bawa.
- Wilayah yang berada di tengah lempengan-lempengan tektonik rawan dilanda gempa bumi, belum lagi jika dekat dengan pantai maka risiko tsunami juga ada. Gempa bumi dan tsunami tidak hanya merusak secara fisik dan mengganggu aktivitas, tetapi juga dapat menimbulkan korban jiwa dan kesedihan yang luar biasa.
- Wilayah yang memiliki gunung berapi aktif rawan dilanda gunung meletus dan gempa vulkanik. Belum lagi tanah longsor, kebakaran, konflik, teror, dan bencana lainnya yang membutuhkan kesiapan masyarakat untuk menghadapinya dengan tepat.
Pentingnya kesiagaan menghadapi bencana
Kesiagaan masyarakat untuk menghadapi bencana sangat penting. Kita harus mampu melihat dan merasakan kondisi yang ada serta langsung menyadari bahaya yang sedang mengancam ketika terjadi bencana, terlebih lagi untuk bencana yang kita bisa perkirakan kedatangannya sebelum terjadi, kita harus mempersiapkan diri dengan baik dan tepat pada waktunya. Misalnya, ketika suatu hari turun hujan deras secara merata di seluruh kota dan belum berhenti sejak malam hingga pagi, saya memantau ketinggian di pintu-pintu air, melihat berita di media sosial, dan berkoordinasi dengan teman-teman. Jika memang sungai hanya menunggu waktu untuk meluap, saya lebih baik tidak berangkat untuk beraktivitas dibandingkan terjebak banjir di tengah jalan.
Permasalahannya, apakah setiap orang memiliki akses informasi yang sama terhadap bahaya bencana dan setiap orang memiliki kemampuan yang sama dalam menghadapi bencana? Seringkali kita malah bersikap panik dan berperilaku tidak tepat, bukannya menjauhkan malah semakin mendekatkan diri kepada bahaya. Sudah salah beraksi, kita semakin terjebak dan tak tahu ke mana harus mencari bantuan. Dibutuhkan sosialisasi kesiagaan bencana yang kontinu dari lembaga yang memiliki kompetensi untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi berbagai jenis bencana. Cara mengantisipasi, cara menyadari, tempat mendapatkan informasi yang akurat, cara mengevakuasi diri, lokasi pengungsian yang tepat, dan cara meminta bantuan, semuanya perlu disosialisasikan.
Radio sebagai media edukasi dan sosialisasi siaga bencana
Di tengah teknologi yang sudah maju, pakai teknologi apa untuk menyosialisasikannya? Menurut saya, radio masih tetap lebih cocok! Kok bisa?
- Seseorang berpeluang lebih besar untuk mendengarkan siaran radio dibandingkan siaran media lainnya. Sosialisasi melalui internet tidak akan sampai jika tujuan tidak memiliki perangkat pintar. Televisi? Banyak orang tidak memiliki waktu luang untuk menontonnya karena kepadatan aktivitas. Sosialisasi melalui poster di mading? Sudah ketinggalan zaman. Mengirim SMS ke setiap ponsel? Kalau dibaca, kalau langsung dihapus? Radio? Ketika kita mengendarai mobil, kita mendengarkan radio untuk mendapatkan hiburan dan informasi. Ketika kita berada di rumah, kita dapat menyalakan siaran radio melalui streaming atau koneksi perangkat dengan kemampuan menangkap sinyal FM. Banyak tempat publik memutar radio selama beroperasi. Target pendengarnya lebih banyak, bukan?
- Radio adalah media komunitas yang sumber informasinya bisa berasal dari lembaga berwenang dan juga masyarakat itu sendiri. Informasi dari masyarakat pun datang dari beberapa media, meliputi : SMS, telepon, dan kiriman jejaring sosial. Penyiar juga dapat menyampaikan informasi sesuai target pendengar yang banyak menggemari stasiun radio tersebut, sehingga informasi bisa tersampaikan dengan baik tanpa menimbulkan kebosanan. Misalnya, sosialisasi di stasiun radio kegemaran anak muda membutuhkan bahasa yang lebih kekinian, sedangkan sosialisasi di stasiun radio kegemaran lansia membutuhkan bahasa yang lebih baku.
- Radio adalah media yang fleksibel dalam mengelola jadwal siaran dan cepat dalam menyampaikan informasi, tidak seperti stasiun televisi yang harus memikirkan bagaimana mereka menata ulang jadwal dan talent yang dilibatkan, belum lagi persiapan visual yang akan ditampilkan kepada masyarakat. Ketika bencana datang, dengan lebih cepat, stasiun radio memberikan informasi ke masyarakat. Informasi lebih cepat tiba dan lebih cepat disadari oleh masyarakat, lebih cepat pula tindak lanjut yang bisa diambil.
- Siaran radio baik cakupan informasi maupun bahasa yang digunakan bisa disesuaikan dengan karakteristik komunitas yang mendengarkannya. Biaya operasional juga lebih murah dan persiapan konten juga lebih cepat karena hanya berbentuk audio.
Sandiwara radio sebagai bentuk edukasi dan sosialisasi siaga bencana
Kalau informasi, ya tentu dengan liputan berita. Kalau edukasi? Jika hanya mendengarkan imbauan dengan tips yang panjang dan berbahasa baku, tentu membosankan dan sebagian orang bisa saja menganggapnya seperti pengantar tidur. Jadi? Dengan memanfaatkan salah satu peran radio sebagai media hiburan, mengapa tidak menyatukan hiburan dan edukasi kesiagaan bencana dalam satu sandiwara radio? Meskipun saya pribadi belum pernah mendengarnya, tetapi saya yakin metode ini lebih menarik dan efektif untuk diingat oleh masyarakat. Setiap cerita yang dibawakan mewakili edukasi terhadap suatu bencana tertentu dan disiarkan di daerah yang berisiko terkenanya sehingga benar-benar tepat sasaran. Alur cerita dalam sandiwara radio juga bisa dibuat lebih menyerupai keadaan nyata dengan bumbu yang menarik sehingga mampu memberikan pemahaman yang realistis kepada masyarakat. Manfaatnya? Tentu kita akan lebih bisa menyadari terjadinya bencana, siap dalam menghadapi bencana, tidak panik, tetap tenang dan bijaksana, serta mampu bertahan.