Jogja Tak Lagi Sama.. Tetap Istimewa :)
Seistimewa senyuman hangatmu
Seistimewa gelak tawa bersama
Seistimewa jarak antara kita
Seistimewa pelukan, tatapan
Seistimewa harapan yang pernah tersimpan
Tapi..
Semua tak lagi sama
Tetap Istimewa
Terkadang, hmmmm.. sebenarnya lebih tepatnya sering pake banget saya lupa dimana menyimpan barang, meletakannya sembarangan. Lupa mengisi pulsa, lupa membawa dompet, lupa nama orang, lupa hari ini tanggal berapa, lupa kapan datang bulan, lupa memakai kacamata..Aaaah lupa adalah hal yang sudah tidak aneh lagi bukan???? Lupa adalah bagian dari saya yang belom hilang.
Disini, di Kota yang Istimewa sebagian ingatan tak terbuang. Semua berdatangan bagai bongkahan puzzle yang siap membentuk gambar. Gambar yang belum bisa aku lupa. Di sudut kota, masih terukir saat kamu melempar senyum tersipu. Gerbong kereta menarikku pada pelukan perpisahan sementara. Gedung menjulang disana, menjadi bagian darimu yang hilang.
Apakah aku bisa lupa???
Tak perlu saya jawab, jika semua sudah terpapar disana. Bukan di sembarang tempat. Tapi terpapar dan tersimpan di ruang hati. Apa itu lupa??
Bagaimana belajar lupa???
Aku memanggil lupa, membisikan sebait kata, merangkulnya, memohon dia berpihak padaku untuk kali ini.
Dimana kamu lupa???
Di setiap titik aku mencari keberadaan lupa. Meliriknya sebentar, menariknya perlahan, menggenggam lupa erat agar berbaur dalam kenangan.
Kapan aku lupa???
Setelah kutangkap lupa, aku mengaduknya perlahan bersama segelas cokelat kesukaan. Berharap satu tegukan dapat mengalir ke dalam setiap sendi rindu yang kerasukan. Hingga tiba waktunya lupa menerobos ingatan.
Kenapa kamu lupa???
Tarikan nafas panjang mulai bosan. Lupa tak berpihak cenderung meninggalkan. Lupa pergi tanpa pesan. Lupa menggores kenangan semakin terpendam. Lupa seolah mengejekku, menari seakan dia menang.
Siapakah lupa???
Aku tahu, kenapa lupa tak menetap untuk lupakan dirimu. Lupa mengajarkanku kesabaran. Lupa membuatku berlari mengejarnya lebih cepat. Lupa membawaku menyelam lebih dalam. Lupa membawaku terbang lebih tinggi. Lupa menyeretku ke depan, bukan menoleh ke belakang.