Lihat ke Halaman Asli

Meta Maftuhah

Konsultan UMKM dan survey sosial ekonomi yang senang menulis blog.

Ketika Lumbung Padi Menangis

Diperbarui: 1 Desember 2017   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sawah Terkena Klowor. Dok: Pribadi

Wilayah Pantura Jawa Barat yang membentang mulai Indramayu sampai sisi timur Kabupaten Bekasi hingga saat ini masih jadi harapan sebagai pemasok beras bagi warga di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Bagaimana tidak, hamparan sawah yang dialiri irigasi teknis bersumber waduk Jatiluhur ini memiliki area tanam hingga lebih dari 220 ribu ha, dengan kualitas tanah kelas 1. Pertanian padi di awal tahun 2017 sempat ramai dengan adanya pembelian gabah oleh satu perusahaan swasta di Lemah Abang Kabupaten Bekasi. Tetapi, saat ini tidak banyak yang tahu bahwa pertanian padi sedang dirundung duka. 

Berapa Sebenarnya Produksi Padi

"Panen padi tahun ini rata-rata 7 ton/ha. Kalau tidak kena klowor bu", ujar seorang petani, saat kami melakukan wawancara. Klowor, atau istilah lainnya adalah kerdil  rumput, merupakan sejenis virus yang mengikuti hama wereng coklat. Dua tahun ini, klowor menyerang hampir sebagian besar lahan pertanian di Pantura Jawa Barat. 

Kalau sudah kena klowor, satu-satunya cara adalah eradikasi dilanjutkan pemberaan (lahan dikosongkan selama 1 bulan), berdasarkan penjelasan dari salah seorang peneliti di Balai Besar Peramalan Organisma Pengganggu Tanaman (BPOPT) Jatisari Karawang. 

Akibat klowor dan wereng produksi padi sebagian lahan hanya dapat mencapai 30 %. Hingga hari ini belum ada data rinci berapa areal padi di Pantura yang terkena gangguan hama dan penyakit, termasuk di saat musim gadu II. Pemerintah melalui Kementrian Pertanian sudah melakukan berbagai upaya untuk dapat menanggulangi gangguan organisma pengganggu tanaman, di wilayah Pantura, sebagian masih belum menunjukkan hasil maksimal.Kondisi ini diperparah dengan terbatasnya pasokan air saat musim kemarau lalu. Tidak sampainya air irigasi ke lahan pertanian, mengakibatkan tidak sedikit lahan yang tidak ditanami.

 Musim gadu II atau musim K3 yang sulit air, tentu berbeda dengan kondisi di musim rendeng yang merupakan musim penghujan. Di pantura yang merupakan daerah irigasi, dikenakan sistem penggolongan air. Untuk lahan yang dekat saluran irigasi atau di daerah hulu, mendapatkan giliran pertama atau golongan I. Sedangkan semakin ke hilir, maka terjadi pergeseran waktu tanam dengan jeda 15 hari. Golongan I di musim rendeng, petani akan mulai persiapan lahan di bulan Oktober dan panen di bulan Maret. Harapannya di musim rendeng ini, petani akan mendapatkan hasil yang menggembirakan. "Semoga tidak terkena hama dan penyakit lagi".

UPSUS dan Tuntutan Tanam 3 kali/tahun

Capaian swasembada padi menjadi impian semua, baik pemerintah, petani, pedagang, dan masyarakat tentunya. Dengan swasembada padi, maka kita tidak perlu impor. Harga yang terjangkau, rasa beras yang pulen, tampilan beras yang menarik, dan semua masyarakat sejahtera, oh indahnya Indonesia. Surga yang membuat banyak orang ingin tinggal di sini. Swasembada yang didambakan pemerintah membuat Kementrian Pertanian membuat berbagai program, diantaranya adalah Upsus (Upaya Khusus) Swasembada Pangan 2015-2017.  Khusus komoditi padi, maka beberapa daerah yang potensial mendapatkan pasokan air (golongan I) didorong untuk menanam padi sebanyak 3 kali/tahun. Dengan pola tanam padi-padi-padi, di musim rendeng-gadu I-Gadu II. 

"Kita bukannya tidak mau tanam padi bu,tapi kalau padinya kena klowor bagaimana? Sudah berbagai upaya kita lakukan tetapi gagal." Ya, eradikasi dan pemberaan satu-satunya cara. Ternyata ada kontradiksi, antara keinginan menanam padi 3 kali/tahun dengan kondisi agroklimat dan gangguan opt. "Hama penyakit padi bisa hilang kalau siklusnya diputus. Dan untuk memutus siklus, maka satu-satunya cara adalah melakukan pergiliran tanaman. Baik dengan palawija maupun sayur". ungkap salah seorang penyuluh, saat kami melakukan fgd bersama-sama petani. 

"Kami juga mau kaya dong bu, seperti orang-orang di kota yang pendapatannya pasti setiap bulan. Kalau pendapatan kami 7 ton/ha sih kami bisa sejahtera. Tetapi ya itu, saat ini sulit untuk mencapai 7 ton/ha di musim begini.  Tidak usah  didorong dan dipaksa,  begitu air mulai turun dan sudah jadwal tanam, tanpa disuruh kami akan tanam." Curahan hati para petani di pantura. 

Mengejar Kelayakan Hidup Petani

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline