Judul yang menarik dan tulisan yang menarik juga pada bolaindo yang biasanya lebih berisi ke reportase tapi kali ini memuat sebuah opini. Yang intinya memuat sebuah hipotesis bahwa masyarakat kecewa atas batalnya timnas U-19 ke COTIF, Spanyol yang digantikan secara mendadak oleh timnas U-21 yang juga dibentuk secara mendadak (hanya sempat 5 hari latihan, dan para pemain ditunjuk oleh PSSI bukan pelatih, baca : COTIF vs HBT : Antara U19 dan U21 serta pengalaman Ricky Yacobi), karena salah satunya masalah hak siar. Bisa dilihat dari poster di bawah ini:
Apakah memang benar ada unsur yang disebabkan masalah hak siar? Ya biarlah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bisa melihatnya.
Timnas U-21 terima ketidakadilan?
Saya sangat setuju bahwa timnas U-21 menerima ketidakadilan, mereka dipanggil mendadak, latihan 5 hari, latih tanding sekali. Pemain bukan yang ditunjuk pelatih. Disuruh melawan sekelas Argentina, Barcelona. Bahkan melawan Mauritius saja mereka sudah babak belur. Ibarat prajurit disuruh perang, jika baru latihan terus bertarung apa tidak mati konyol? Tidak adil bukan?
Ketidakadilan di sini bukan maksudnya karena masyarakat Indonesia lebih mencintai timnas U-19 dan memandang sebelah mata U-21. Bukan sama sekali, saya yakin itu. Tetapi bangsa Indonesia ingin timnas U-13 sampai timnas Senior berjaya, mengharumkan nama bangsa yang berarti menggembirakan kita rakyat Indonesia.
"Ini memang dadakan, tapi tentunya sudah sudah kami pikirkan. Timnas Indonesia U-21 punya kemampuan dan kualitas yang bagus," kata Djohar Arifin Husin yang melepas keberangkatan Timnas U-21 di Bandara Soekarno-Hatta. "Karena itu, kita tidak muluk-muluk. Saya harap, tim bisa memenuhi target dengan menggembirakan bangsa," sambungnya.
Masalahnya bangsa Indonesia yang mana dan di belahan nusantara sebelah mana yang gembira ketika timnas U-21 kita yang lebih tua usianya dihajar babak belur tak berdaya oleh Mauritius U-20, yang peringkat FIFA jauh di bawah kita 0-4 dalam waktu 2 x 35 menit. Bagaimana kalau 2 x 45 menit?
Bangsa Indonesialah secara keseluruhan menerima ketidakadilan, bukan hanya timnas U-21. Nama Indonesia yang seharusnya dibuat harum di luar negeri, malahan jadi tercoreng. Bagaimana masyarakat di luar sana di Spanyol dan negara negara lain yang melihat siaran pertandingan COTIF menilai, ketika melihat timnas U-21 yang jelas-jelas melebihi batasan umur turnamen yaitu U-20 bertanding seperti saat melawan Mauritius U-20?
Bukan salah pelatih, bukan salah para pemain juga. Karena mereka telah berupaya semampu mereka.
Bukan pula salah Presiden Klub SFC Dodi Reza Alex dan Manajer Sriwijaya FC U21 Augie Bunyamin yang memang diminta oleh PSSI menjadi offisial bagi Timnas U21, yang sudah mengayomi para pemain timnas U-21 selama terbentuk.