Situasi media sosial, khususnya Twitter, menanas dalam dua hari terakhir merespon situasi nahas yang menimpa sebagian besar warga desa Wadas, kecamatan Bener, kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Dalam berbagai tayangan video dan foto yang beredar di medsos, tampak segerombolan aparat kepolisian menangkapi penduduk desa Wadas yang dianggap sebagai provokator.
Warga Wadas dianggap provokator karena membentangkan spanduk penolakan keras terhadap penambangan batu andesit (quarry) di tempat tersebut.
Batu andesit itu akan digunakan oleh pemerintah sebagai bahan baku pembuatan bendungan Bener.
Dari laporan akun Twitter Wadas_Melawan yang mengaku sebagai GEMPADEWA(Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas), diketahui ada 63 penduduk Wadas yang ditahan oleh polisi dalam insiden tanggal 8 Februari 2022.
BACA JUGA
Tragedi Pembunuhan Aktivis Lingkungan Salim Kancil
Respon keras meluncur dari tokoh-tokoh pembela hak asasi manusia melihat video yang terjadi di Wadas. Salah satunya dari putri mantan Presiden Gus Dur, Alissa Wahid yang saat ini berstatus sebagai pengurus di organisasi Nadhlatul Ulama.
Alissa Wahid dengan tegas mengatakan lewat cuitan Twitter, meminta Kapolda Jateng untuk membebaskan warga Wadas yang ditahan.
Alissa juga meminta kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo agar menunda pengukuran di Wadas sampai selesai bermusyawarah dengan warga setempat.
Untuk menghindarkan benturan antara rakyat dengan aparat negara. Karena rakyat berhak berpendapat dan bertindak atas tanah airnya.
Saya tidak mempunyai akses langsung informan yang berada di lokasi desa Wadas, karenanya saya sedapat mungkin menyimak informasi dari dua arah. Agar bisa berimbang untuk memahami situasi di sana.
Saya menelisik info dari pihak yang menentang penambangan batu andesit, dan juga menyimak kabar dari pihak yang pro pembangunan bendungan di sana.