Lihat ke Halaman Asli

Generasi Muda yang Merana

Diperbarui: 8 Januari 2024   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah negara kepulauan dengan beraneka ragam suku, agama, dan ras yang dapat bersatu dengan asas "Bhinneka Tunggal Ika". Setiap negara, termasuk Indonesia terdiri dari sedikitnya dua generasi, yaitu generasi tua dan generasi muda. Dua generasi tersebut seringkali memilki perbedaan gagasan dalam banyak hal. Hal tersebut membuat generasi tua kecewa kepada generasi muda karena berpikir bahwa generasi muda sudah banyak melenceng dari nilai-nilai adat ketimuran. Mereka juga menganggap bahwa generasi muda tidak dapat menerapkan nilai-nilai pancasila di kehidupan sehari-hari. Sebelum membahas hal yang lebih jauh, kita harus memahami sejarah dan pengamalan pancasila terlebih dahulu.

Pancasila adalah kumpulan dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dan termanifestasi dalam lima sila dan 45 butir pengamalannya. Seperti yang kita tahu, para pahlawan sudah berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Mereka rela mengorbankan semua hal yang mereka punya, baik itu harta, tahta, bahkan nyawa. Mereka adalah para penggali nilai-nilai pancasila, lalu merumuskannya bersama dan mempertahankannya dengan segenap jiwa raga. Mereka dengan penuh percaya diri merumuskan pancasila dan sangat berharap pada para generasi selanjutnya untuk bisa terus mengamalkan dan mempertahankan nilai-nilai pancasila.

Usaha para pahlawan untuk membuat Indonesia menjadi tanah air yang layak dan nyaman untuk ditinggali sudah berhasil dilakukan. Kita para generasi muda penerus bangsa sudah bisa merasakan dampaknya saat ini. Namun, hal terjadi saat ini adalah para generasi muda cenderung terlena dengan segala kenyamanan yang ada. Mereka lebih mementingkan ego mereka sendiri daripada kepentingan bersama. Hal itulah yang membuat Indonesia mudah terpecah belah, baik dengan berita hoax, provokasi,  maupun oleh hal-hal lainnya.

Jika ditinjau lebih jauh, berbagai perpecahan tersebut tentu tidak sesuai dengan sila ketiga pancasila, yaitu "Persatuan Indonesia". Berbagai perpecahan tersebut dapat mengancam kedaulatan Negara Indonesia. Masalah-masalah tersebut mungkin saja berawal dari generasi muda yang mudah mengalami kegelisahan dan kebingungan saat tujuan hidup mereka tidak tercapai ataupun tidak sesuai dengan rencana.  Banyak pula dari generasi muda, termasuk saya sendiri yang terkadang merasa tertekan menghadapi berbagai masalah hidup. Pancasila sebagai landasan moral dan akal sehat dapat menjadi salah satu solusi mengatasi berbagai masalah tersebut.

Sebelum itu, kita harus menyadari bahwa kita hidup dengan melupakan beberapa nilai penting yang sebelumnya sudah kita pelajari maupun catat. Kita cenderung melupakannya ataupun ingin melupakannya sehingga seringkali kita terkena masalah-masalah yang tidak kita inginkan

Layaknya sebuah energi, masalah tiap manusia sudah diatur oleh sebuah mekanisme tertentu sedemikian sehingga setiap manusia sudah mendapatkan jatah masalahnya masing-masing. Misalnya, A tentu akan mendapatkan jatah masalah yang berbeda dengan B. Bukankah energi juga mengalami hal yang sama? Yakni tidak akan hilang, melainkan hanya berpindah tempat atau wadah. Energi tidak akan tiada begitu saja begitu kita mati, apalagi saat kita masih hidup. Masalahpun juga begitu. Masalah tidak akan hilang selamanya, selama kita masih menjadi manusia dan bukan malaikat yang tidak punya hawa nafsu. Masalah hanya akan berubah bentuk dengan tetap mempertahankan esensi didalamnya.

Hari ini yang nampak tanpa ada masalahpun sebenarnya adalah sebuah masalah tersendiri. Karena hari yang nampak tanpa masalah itu hanyalah bentuk sederhana dari sebuah masalah kompleks yang justru dapat membuat kita terlena dan cenderung menganggap bahwa hari-hari esok akan selalu baik-baik saja. Masalah-masalah yang nampak kecil itu lama-kelamaan akan bertambah banyak dan terakumulasi di hari-hari selanjutnya, entah besok, minggu depan, ataupun di waktu yang tidak bisa diprediksi. Antrian masalah tersebut justru akan menjadi masalah yang cukup kompleks di masa depan.

Cara terbaik untuk mengatasi kegelisahan itu adalah dengan mencoba hidup bersama masalah itu sendiri. Kita harus berhenti berharap bahwa kita bisa hidup tanpa masalah. Sudah selayaknya kita hidup bersama masalah. Kita tidak bisa menghilangkannya, namun kita bisa untuk mengubah perspektif kita dalam melihat masalah-masalah tersebut. Jadi, apa yang membuat kita menjadi merasa berharga dalam menjalani hidup adalah bukan tentang banyak atau sedikitnya masalah yang kita punya, namun itu semua tentang apakah kita bisa melihat masalah itu dari sudut pandang lain kemudian mencoba mensyukurinya sebagai bentuk dari keberagaman duniawi atau tidak.

Selain itu, kita bisa mengatasi kegelisahan dengan menerapkan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Cotohnya seperti saat kita berintegritas dan menerapkan kejujuran di lingkungan sekitar kita. Meskipun masalah terus berdatangan, dengan menerapkan kejujuran, kepedulian terhadap sesama, dan integritas, kita bisa lebih bahagia dan lebih bisa menikmati hidup karena kita bisa menghargai diri kita sendiri dengan melakukan kejujuran dan bisa menolong orang lain yang membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline