Lihat ke Halaman Asli

Perempuan yang Berkuasa

Diperbarui: 8 Desember 2023   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

PENGENALAN DAN LATAR BELAKANG

Ir. Yati Lismiati seorang pembisnis dan politikus, lahir di Cimahi, 23 November 1964. Ia merupakan anak pertama dari pasangan Kusnadi dan RD Tin Suharti, adapun anak ke-2 bernama Rakhmat Hidayat (alm), dilanjut dengan Siti Yayah Rukoyah, dan Pipin Nurwati. Ia menikah di usia 31 tahun dengan Hanni Hanson pada tahun 1995. Setekah satu tahun pernikahan Ia dikaruniai seorang anak perempuan bernama Vania Bamara dan disusul tahun 2000 anak keduanya, Salsa Meidya,

Sejak kecil ia hidup di Cimahi, menempuh pendidikan di SDN 13 Cimahi, dilanjut SMP di SMPN 1 Cimahi, SMAN 1 Cimahi, dan berkuliah di Universitas Islam Nusantara Bandung dengan jurusan Teknik Industri, namun awalnya Ia berkeinginan untuk mengambil pendidikan kepolisian tapi gagal, dan mencari jurusan yang tidak banyak dijadikan pilihan oleh teman-teman, dan dipilihlah Teknik Industri. Pada tahun 2022 Ia pun memutuskan untuk melanjutkan S2 di Universitas Bandung.

PERJALANAN BISNIS

 Sejak lulus kuliah Ia berpikir bagaimana caranya untuk medapatkan uang. Melihat bagaimana sang calon  suaminya, Hanson (yang sekarang menjadi suami), sukses menjalankan bisnis, Ia pun memilih untuk mengikuti jejaknya, dan berharap bisa melampaui usaha-usaha sang suami. Dimulai pada tahun 1988 setelah lulus dari universitas Ia dan Hanson melakukan pengadaan barang berupa komputer kepada instansi pemerintahan. Pengadaan barang tidak berjalan lama sehingga mencari bisnis lain yakni kegiatan ekspor manisan rambutan ke Korea Selatan pada tahun 1992 hingga 1993, rambutan tersebut di ambil dari daerah Lampung hingga Muara Bungo, Jambi, namun sayangnya bisnis ini hanya berjalan selama satu tahun.

 Setelah bisnis, maka kegiatan yang diambil adalah mengajar di sekolah yang didirikan oleh Hanson yaitu LPAB (Lembaga Pendidikan Alumna Bakti) yang sebelumnya dikenal dengan Institut Sekretaris Indonesia, namun karena tuntutan dari Hanson yang tidak memperbolehkan istrinya sibuk, dan harus mengurus urusan rumah tangga dan anak di rumah maka setelah menikah Ia pun berhenti berkegiatan untuk sementara waktu.

Setelah menikah, punya anak dan di rasa sudah mampu untuk melanjutkani bisnis maka dipilihlah bisnis mengelola pasar Bersama sang suami, pasar ini punyanya pemda (lahan) namun pendanaan dilakukan oleh pribadi seperti renovasi kios, dan fasilitas lainnya, yang nantinya kios-kios tersebut akan dijual kepada para pedagang pasar. Pasar yang dikelola pertama adalah Pasar Banjar yang terletak di Kecamatan Banjaran, Bandung, lalu selanjutnya Pasar Pamoyanan di Kecamatan Cicendo, Bandung, ada juga di Kota Garut, pasar dengan 1350 kios. Usaha ini terus berlanjut karena para pemilik kios belum sepenuhnya melunasi kios mereka.

 Lalu ada juga bisnis yang Ia jalani dari tahun 2014 sampai sekarang, Yati berkata bahwa bisnis ini diawali dengan tawaran dari rekan kerja untuk memegang bisnis outsourcing parkir, Ia pun bersedia, lalu mulailah belajar dan menggali mengenai outsourcing parkir tersebut yang diberi nama PT Buana Mas Eka Pratama. Perlahan usaha ini berkembang di beberapa rumah sakit dan mall di Jawa Barat seperti Bandung, Garut, Tasik, Ciamis, Cimahi, Pangandaran, tawaran pun terus datang seperti Rumah Sakit Otista Bandung, Bank BJB, AEON Bekasi hingga tawaran dari Walikota Cimahi untuk mengelola parkir pinggir jalan, namun pada kasus ini parkir pinggir jalan biasanya sudah dipegang oleh ormas setempas sehingga Yati merasa sulit, oleh karena itu Ia pun menolak tawarannya.

Adapun proses dan riset dalam pengembangan usaha ini dengan cara melihat dulu bagaimana pembagian penghasilan dengan perusahaan yang akan bekerjasama ini, kontrak kerjanya apakah sharing profit atau sewa lahan. Untuk masalah pembelian mesin dan system itu dari outsourcing, satu mesinnya Yati beli diharga 120 juta. Untuk omset Ia tidak bisa menyebutkan, tapi Ia brkata jika dilihat dari pajaknya Bandung itu 25%, perbulannya maka Yati bisa mengeluarkan ratusan juta untuk satu lokasi di Bandung tersebut, mungkin bisa dihitung sendiri ya.

Seiring berkembangnya jaman, bahkan dunia parkir juga terus berkembang, bahkan Yati berkata saat Ia sedang di rumah pun Ia tetap bisa memantau pemasukan dari mesin parkir melalui sistem, apakah ada pengurangan di hari itu, jika dirasa ada kekeliruan maka langsung menghubungi tim teknisi.

Dengan tim yang dimilikinya maka akan memudahkan Yati untuk mengontrol semua bisnisnya, Ia berkata bahwa setiap lokasi maka berbeda juga timnya, seperti supervisor, manajer lapangan, leader, attendant, sampai kasir, "setiap lokasi bisa sampai 30 orang, tidak sembarang orang yang saya pilih, supervisor saya insinyur, anggota yang lain juga sebelumnya memang sudah pernah bekerja dibidang ini." Ujar Yati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline