Lihat ke Halaman Asli

Banyu

Eksplorasi Rasa

Larung Harap ke Berlin

Diperbarui: 3 Maret 2021   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

unsplash.com

Dear Andy,
Sudah cukup lama aku tak mengetahui kabarmu, aku disini duduk menghadap langit senja sendirian. Hanya sayup angin laut dan gemerisik ranting pepohonan cemara di belakangku. Sore ini aku ingin menulis pesan ini disini. Ntah bagaimana hari ini aku tak bisa menahan lagi apa yang kurasa dalam hati ini. Jujur aku begitu meridukanmu Andy.


"Kamu menghilang kemana, mediamu sepi tak seperti beberapa bulan yang lalu"


Aku tahu aku orang asing bagimu, orang dari negeri yang mungkin belum pernah kau ketahui sekalipun. Meski demikian aku tak pernah luput dari berita tentangmu ataupun hiruk pikuk negerimu. Negeri nan elok di benua biru. Sungguh aku tak mengira engkau membalas sapa sederhanaku kala itu dengan kata-kata indah yang melipur pedih dari benakku.


Mungkin aku tidak logis mungkin aku konyol dengan suratku ini. Semalam aku bermimpi, kau datang menghampiriku menyapaku di simpang jalan sudut kota Berlin. Tak kusangka engkau begitu mempesona dalam wujud nyata, matamu jernih penuh dengan kehidupan, senyummu merona bagai pelita kala senja.


Kau mengajakku berkeliling kota sepanjang hari, menikmati senja di tepian sungai spree nan elok di sore hari. Bercengkrama bercerita sepanjang jalan. Kau menghidupkan bunga kehidupan yang sudah layu dalam diriku.  Kurasakan getaran kehidupan merasuk kembali dari sela-sela jari dan kulitmu saat kau genggam tanganku.


Malam telah larut, kerlip denyut kota Berlin nampak begitu semarak sekaligus beku. Kau mendekat padaku yang terpaku dengan pemandangan dari jendela apartemenmu itu. Perlahan kau merengkuhku, kurasakan getaran menelisik sekujur tubuhku. Tubuhku melemas perlahan, mataku terkatup, kusandarkan kepalaku pada dadamu.


Rasa ini begitu asing bagiku,air matapun mengalir deras dari mataku yang masih terkatup.
"It's okay"
Dan kau mengeratkan dekapanmu, akupun makin tenggelam. Mataku mungkin masih sembab oleh air mata, namun ketahuilah betapa tak terkira bahagiaku kala itu.
Aku harap bisa segera mengetahui kabarmu.

Clare, in egde of the world
------------
Setelah menyelesaikan tulisannya dibentuknya tulisan itu menjadi sebuah perahu kertas. Dilarungkanlah kapal kecil yang memuat perasaan dan doanya itu menyusur samudra hidup. Senjapun segera meredup, beranjaklah Clare besama sepedanya menyusuri belantara cemara menuju rumahnya di pedalaman sana. Dengan segenap harapan Andy akan segera mengabarinya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline